Presiden Prabowo Batasi Game Online: 5 Risiko Bahaya yang Mengancam Anak-anak

Presiden Prabowo Subianto mengumumkan rencananya untuk membatasi game online di Indonesia. Keputusan ini diambil setelah kasus ledakan di SMAN 72, Jakarta Utara, di mana terduga pelaku disebut terpengaruh oleh konten media sosial. Mensesneg Prasetyo Hadi menyatakan bahwa ini adalah langkah untuk melindungi generasi muda dari pengaruh buruk game daring. Meski menyenangkan, game online juga membawa risiko yang perlu diwaspadai oleh orang tua.

Game online kini menjadi salah satu hiburan favorit anak-anak. Permainan seperti Roblox, Minecraft, PUBG, dan Mobile Legends tengah populer. Namun, bersenang-senang juga harus diimbangi dengan kesadaran akan risiko yang menyertainya. Berikut adalah lima bahaya yang sering menyertai game online.

1. Kontak dan Grooming dengan Orang Asing
Game online memungkinkan interaksi dengan pemain lain, yang sering kali adalah orang asing. Hal ini memungkinkan predator untuk menggunakan platform tersebut untuk menjalin kepercayaan dengan anak-anak. Komunikasi di dalam game, baik melalui pesan maupun obrolan suara, bisa dimanfaatkan dengan tujuan kurang baik. Orang tua perlu menekankan pentingnya tidak membagikan informasi pribadi kepada siapa pun yang ditemui dalam permainan.

2. Paparan Konten Tidak Pantas atau Berbahaya
Tidak semua konten dalam game aman untuk anak-anak. Beberapa game mengandung elemen kekerasan, bahasa ofensif, atau konten yang tidak sesuai. Bahkan game yang dianggap "aman" dapat mengekspos anak-anak pada ide-ide negatif melalui interaksi dengan pengguna lain. Orang tua disarankan untuk meninjau game yang dimainkan dan menggunakan kontrol orang tua untuk memantau konten yang diakses.

3. Perundungan Siber dan Pelecehan
Lingkungan permainan yang kompetitif juga bisa mengakibatkan perilaku kasar. Anak-anak mungkin mengalami pelecehan, pengucilan, atau intimidasi dari pemain lain. Perundungan siber di dalam game dapat berdampak serius pada kesehatan mental anak. Penting bagi orang tua untuk berkomunikasi dengan anak-anak, mendorong mereka untuk melaporkan perilaku kasar, dan menjelaskan tentang konsekuensi negatif dari perilaku semacam itu.

4. Kecanduan dan Waktu Layar Berlebihan
Desain game online sering kali memicu kecanduan. Fitur-fitur seperti tantangan berkelanjutan dan hadiah harian membuat anak-anak merasa tertekan untuk terus bermain. Hal ini dapat menyebabkan kurang tidur, aktivitas fisik berkurang, dan penurunan prestasi akademis. Orang tua sebaiknya menerapkan batasan waktu bermain dan mendorong anak untuk beristirahat secara teratur dari layar.

5. Kesehatan Mental dan Tekanan Emosional
Risiko kesehatan mental akibat game online juga perlu diperhatikan. Keterlibatan berlebihan dalam dunia game dapat menyebabkan kecemasan dan stres. Tekanan dari kompetisi di dalam game dapat meningkatkan perasaan takut ketinggalan (FOMO) di kalangan anak-anak. Oleh karena itu, penting untuk menyeimbangkan waktu bermain dalam ruangan dengan aktivitas di luar rumah dan memantau kesehatan emosional anak secara berkala.

Secara keseluruhan, meski game online memiliki sisi positif, orang tua perlu lebih aktif dalam mengawasi permainan anak-anak mereka. Melihat bahaya yang mengintai, langkah pembatasan yang diajukan Presiden Prabowo bisa menjadi upaya penting untuk melindungi generasi muda dari risiko yang ada di dunia digital. Dialog terbuka antar keluarga menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan gaming yang aman dan sehat bagi anak-anak.

Baca selengkapnya di: www.inews.id

Berita Terkait

Back to top button