Apple Luncurkan Kaus Kaki iPhone Rp3,5 Juta, Warganet Protes: Apa Sebabnya?

Peluncuran aksesori terbaru Apple bernama ‘iPhone Pocket’ menimbulkan reaksi heboh di kalangan warganet. Produk yang merupakan hasil kolaborasi dengan desainer Jepang Issey Miyake ini ditawarkan dengan harga sekitar Rp3,5 juta. Banyak konsumen merasa harga tersebut terlalu tinggi dan tidak sebanding dengan fungsinya.

‘Aksesori’ ini diumumkan pada 12 November dan terbagi menjadi dua varian. Versi tali pendek dijual seharga USD149.95 (sekitar Rp2,3 juta). Sementara itu, versi tali panjang dipatok pada harga USD229.95. Perbandingannya, aksesori crossbody lain dari Apple yang diluncurkan sebelumnya hanya seharga USD59. Hal ini menyebabkan banyak orang mempertanyakan nilai yang ditawarkan oleh produk ini.

iPhone Pocket merupakan kantong minimalis yang diklaim sebagai cara estetis untuk membawa iPhone. Menurut Issey Miyake, produk ini dieksplorasi dengan konsep “kegembiraan memakai iPhone dengan cara Anda sendiri.” Meskipun demikian, banyak komentar negatif bermunculan di berbagai komunitas online, terutama di Reddit. Warganet mempertanyakan, “Apakah ini lelucon April Mop?” saat melihat harga tinggi untuk produk yang dianggap tidak lebih dari kain.

Perbandingan harga menjadi sorotan utama. Banyak yang mencatat bahwa produk seharga USD229.95 ini tampak mirip dengan barang-barang yang dijual di Daiso hanya seharga Rp23.000. Beberapa pengguna mengekspresikan ketidakpuasan dengan mengatakan produk tersebut “terlihat tidak praktis.” Ini jelas mencerminkan pandangan bahwa harga dan kualitas tidak seimbang.

Salah satu analis, Matt Navarra, mengkritik penetapan strategi harga dari Apple. Menurutnya, harga tinggi ini lebih berfokus pada branding ketimbang fungsionalitas. Ia menambahkan bahwa meskipun strategi ini bukan hal baru, ada risiko yang dihadapi. Apple seolah-olah sedang menguji batas loyalitas merek dari konsumennya.

Peluncuran ini juga mengingatkan pada produk sebelumnya, ‘iPod sock,’ yang juga mendapat kritik pedas. Meskipun produk ini memiliki sejarah kolaborasi dengan desainer ternama, tampaknya tidak berhasil memenuhi harapan pengguna. Kesan bahwa Apple hanya mementingkan aspek estetis daripada fungsi semakin menguat.

Konsumen tampak semakin skeptis terhadap strategi penetapan harga Apple. Dengan harga yang dirasa tidak masuk akal, ini bisa jadi awal dari erosi kepercayaan terhadap merek. Peluncuran edisi terbatas ini, yang akan tersedia mulai 14 November, tampaknya lebih ditujukan untuk kolektor niche.

Persepsi negatif yang berkembang menunjukkan bahwa banyak yang merasa tidak ada nilai tambah dari produk ini. Pada saat bersamaan, aksi kritik di media sosial mendemonstrasikan kuatnya pendapat publik terhadap harga yang dianggap tidak proporsional. Apple perlu mempertimbangkan kembali taktik penetapan harga produk masa depan agar tidak kehilangan loyalitas konsumen yang telah terbangun selama ini.

Krisis ini bukan hanya melulu soal harga. Ini lebih kepada hubungan antara merek dan pelanggannya. Ketika harga suatu produk tidak mencerminkan nilai fungsional, konsumen akan mengambil sikap. Ini menjadi pelajaran penting bagi perusahaan besar seperti Apple dalam menentukan arah strategi bisnis dan produk mereka di masa depan.

Baca selengkapnya di: tekno.sindonews.com

Berita Terkait

Back to top button