
Gerakan literasi kecerdasan buatan (AI) di Indonesia, yang dikenal dengan Day of AI Indonesia, tengah menyiapkan kurikulum nasional untuk guru dan pelajar. Kurikulum ini mencakup konsep dasar AI dan etika penggunaannya mulai dari tingkat TK hingga SMA. Ismunandar, Kepala Penasihat Day of AI Indonesia, menegaskan pentingnya literasi AI agar masyarakat tidak hanya menjadi pengguna pasif, tetapi juga memahami risiko dan dampak sosial dari teknologi ini.
Materi pembelajaran yang akan diterapkan dalam kurikulum ini diadaptasi dari MIT melalui unit RISE. Semua konten sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Ini akan dipublikasikan di platform pembelajaran Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. "Materi ini bersifat open-source. Guru dapat mengubah, menambah, atau menyesuaikannya sesuai konteks budaya di daerah masing-masing," jelas Ismunandar.
Pendekatan Pembelajaran Sejak Dini
Pembelajaran mengenai AI dimulai sejak usia dini. Konsep dasar tentang perbedaan antara hal-hal yang bersifat artificial dan alami diperkenalkan kepada siswa. Setelah itu, mereka diberi pemahaman tentang cara kerja mesin. Ismunandar menekankan bahwa AI tidak perlu diajarkan dengan cara yang rumit. Melalui pendekatan ini, siswa belajar mengenai algoritma dan bentuk generative AI, seperti teks, gambar, dan video, serta pemanfaatan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Materi dirancang dalam format yang mudah digunakan oleh guru. Ini mencakup lembar kerja, panduan pengajaran, dan presentasi yang siap digunakan di kelas. Selain teknis, kurikulum juga mencakup aspek diskusi tentang etika dan cara membuat keputusan yang bertanggung jawab dalam menggunakan teknologi.
Fokus pada Etika dalam Pembelajaran AI
Etika menjadi salah satu pilar utama dalam kurikulum ini. Ismunandar mencatat maraknya penyalahgunaan AI melalui konten deepfake. Ia menunjukkan bahwa penyalahgunaan tersebut dapat mengubah persepsi publik dan memengaruhi privasi individu. Pembelajaran ini tidak hanya memfokuskan pada teknologi tetapi juga memberikan ruang untuk mendiskusikan bagaimana AI dapat digunakan secara etis dan bertanggung jawab.
Diskusi ini juga mengajak siswa untuk memahami risiko yang terkandung dalam penyebaran informasi. Guru didorong untuk mengarahkan siswa dalam mengembangkan sikap empati saat menggunakan teknologi.
Metode Evaluasi yang Adaptif
Materi Day of AI Indonesia juga menekankan pentingnya merubah metode evaluasi di sekolah. Ismunandar menyatakan bahwa banyak metode lama sudah tidak relevan. Siswa saat ini dapat dengan mudah menemukan jawaban melalui AI. Oleh karena itu, guru perlu merancang evaluasi yang berfokus pada penalaran dan pemahaman. Penggunaan penilaian yang hanya mengandalkan hafalan telah usang.
"Jika soal mudah dikerjakan menggunakan AI, maka ada yang salah dalam metode pengajaran," tambahnya.
AI Sebagai Mentor Pribadi
Ismunandar menggambarkan AI sebagai alat yang berfungsi seperti mentor pribadi. Siswa bisa berdialog dengan AI seolah-olah sedang belajar dengan seorang tokoh besar. Pendekatan ini membuka peluang bagi pengalaman pembelajaran yang lebih personal dan interaktif. Namun, literasi menjadi dasar utama dalam penggunaan teknologi tersebut.
"Esensinya adalah literasi yang penting. Siswa harus tahu apa itu AI dan bagaimana menggunakannya dengan benar," tegasnya.
Dengan adaptasi modul dari MIT dan penerapan kurikulum yang bersifat open-source, Day of AI Indonesia menjadi langkah strategis. Gerakan ini bertujuan untuk memastikan seluruh sekolah di Indonesia memiliki akses yang merata terhadap literasi AI. Kurikulum yang dirancang dengan baik diharapkan dapat membantu generasi muda memahami AI secara menyeluruh, mencakup aspek teknis, etika, dan dampak budaya dengan baik.
Baca selengkapnya di: www.medcom.id




