Drama Pertumbuhan: BPS Lapor Ekonomi Jakarta Tumbuh 5,18 Persen

Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mengumumkan bahwa perekonomian Ibu Kota telah tumbuh sebesar 5,18 persen pada triwulan II tahun 2025 jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tercatat sebesar 5,12 persen. Informasi ini disampaikan oleh Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, dalam rilis resmi yang dilaksanakan di Jakarta.

Pertumbuhan Jakarta ini didorong oleh beberapa sektor, dengan lapangan usaha transportasi dan pergudangan mencatat pertumbuhan tertinggi mencapai 9,90 persen. Sektor penyediaan akomodasi dan makan minum juga menunjukkan performa yang kuat dengan pertumbuhan 9,79 persen. Sektor jasa lainnya mengalami pertumbuhan 8,31 persen, sedangkan jasa perusahaan tumbuh 7,62 persen. Menurut Nurul, pertumbuhan yang signifikan ini berkaitan dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan permintaan layanan.

Sektor transportasi, khususnya, didorong oleh peningkatan jumlah penumpang angkutan darat dan penyeberangan. Selain itu, meningkatnya volume lalu lintas di jalan tol juga berkontribusi pada pertumbuhan ini. Dalam aspek penyediaan akomodasi dan makan minum, terjadi peningkatan tingkat penghunian kamar di hotel dan juga penerimaan pajak restoran. Hal ini menunjukkan kebangkitan sektor pariwisata, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara.

Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa mengalami pertumbuhan tertinggi, mencapai 17,26 persen. Pertumbuhan ini menggambarkan optimisme yang tumbuh di pasar luar negeri di tengah pemulihan pasca-pandemi. Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga mencatat pertumbuhan yang signifikan sebesar 5,50 persen, berkat peningkatan impor barang modal dan output konstruksi. Ini menunjukkan bahwa investasi masih menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Dalam analisis lebih mendalam, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh 5,16 persen, diikuti oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh 5,13 persen. Kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas masyarakat, termasuk dalam konteks sosial dan perekonomian. Di sisi lain, pengeluaran konsumsi lembaga non-profit yang melayani rumah tangga meningkat 4,58 persen, didorong oleh kegiatan organisasi masyarakat dalam merayakan hari besar keagamaan.

Namun, penting untuk dicatat bahwa komponen impor barang dan jasa sebagai faktor pengurang tumbuh sebesar 16,99 persen, yang menunjukkan adanya tekanan dari sisi pasokan pada perekonomian Jakarta. Hal ini bisa menjadi perhatian ke depan, terutama dalam konteks menjaga keseimbangan neraca perdagangan.

Pertumbuhan ekonomi Jakarta yang mengesankan ini memberikan sinyal positif bagi pemulihan ekonomi pasca-pandemi. Saat ini, Ibu Kota memiliki peran penting dalam perekonomian nasional, dan pencapaian ini dapat mendorong investasi yang lebih besar serta meningkatkan kepercayaan pelaku usaha.

Dengan berbagai pencapaian tersebut, BPS DKI Jakarta optimis bahwa tren pertumbuhan ini akan berlanjut di semester kedua tahun 2025. Perekonomian Jakarta diharapkan dapat terus tumbuh seiring dengan peningkatan mobilitas masyarakat dan investasi, yang juga diharapkan dapat menarik lebih banyak wisatawan ke kota ini.

Penting bagi semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat, untuk berkolaborasi dalam menjaga momentum pertumbuhan ini. Dukungan terhadap sektor-sektor unggulan dan penguatan infrastruktur menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif di masa mendatang.

Exit mobile version