Konsumen Indonesia Makin Cermat Berbelanja, Utamakan Nilai dan Harga Kebutuhan Pokok

Konsumen Indonesia kini semakin cermat dalam memilih dan berbelanja kebutuhan pokok. Hal ini terungkap dalam laporan terbaru yang dikeluarkan oleh YouGov, yang menunjukkan bahwa meski tren ini juga muncul di negara-negara Asia Pasifik lainnya, konsumen Indonesia memiliki karakteristik unik. Utamanya, mereka lebih mengutamakan kebersihan dan kerapian toko, variasi produk yang ditawarkan, serta cenderung memilih minimarket dibandingkan dengan supermarket besar.

Riset berjudul "The Rise of Value Shoppers: APAC Grocery Retail 2025" memberikan gambaran perbandingan kebiasaan belanja di Indonesia dengan beberapa negara, termasuk Singapura, Hong Kong, Australia, dan Thailand. Hasilnya menunjukkan bahwa kenaikan harga barang mendorong konsumen di berbagai pasar untuk lebih fokus pada nilai. Namun, di Indonesia, perilaku ini dipadukan dengan kebiasaan berbelanja yang lebih praktis dan lokasi belanja yang strategis.

Kanal Digital Jadi Senjata Utama Hemat Belanja

General Manager YouGov Indonesia & India, Edward Hutasoit, menyatakan bahwa konsumen di Indonesia semakin aktif menggunakan kanal digital untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Mereka terus berupaya membandingkan harga melalui berbagai aplikasi, menjadikannya lebih cerdas dalam berbelanja. Edward menekankan pentingnya pelaku usaha dalam mengelola loyalitas konsumen di tengah persaingan yang semakin ketat.

Berdasarkan survei, konsumen Indonesia menggunakan beberapa alat digital untuk berhemat, antara lain:

  1. 63% menggunakan aplikasi supermarket untuk promosi dan potongan harga.
  2. 58% mengakses situs atau aplikasi pembanding harga.
  3. Media sosial sebagai saluran iklan utama, di mana 77% responden melihat iklan produk di platform tersebut.
  4. 71% responden hanya membeli barang yang mereka butuhkan, dan 59% selalu membuat daftar belanja sebelum berangkat berbelanja.

Loyalitas Tipis, Sensitivitas Harga Tinggi

Ketika harga barang mengalami kenaikan, pola pengurangan pembelian terlihat jelas. Pengeluaran yang berkurang terutama terjadi pada kategori makanan instan (34%), camilan kemasan (33%), dan bahan pangan seperti daging atau telur (22%). Perilaku ini mencerminkan keputusan praktis konsumen yang lebih memilih untuk mengurangi belanja barang nonesensial dan memprioritaskan kebutuhan pokok.

Sebuah faktor emosional juga hadir dalam perilaku belanja ini. Sekitar 45% konsumen di Indonesia merasa bersalah ketika membeli camilan atau makanan ringan yang tidak terencana, menunjukkan bahwa kesadaran terhadap pengeluaran cukup tinggi.

Faktor Lain yang Jadi Pertimbangan

Dalam laporan tersebut, harga tetap menjadi perhatian utama bagi 59% konsumen. Namun, variasi produk dan kebersihan toko juga menjadi pertimbangan penting, masing-masing di angka 46% dan 32%. Minimarket menjadi pilihan utama untuk berbelanja (26%), diikuti oleh toko kelontong (21%) dan pasar tradisional (18%).

Lebih menariknya, 65% responden menganggap aktivitas belanja kebutuhan sehari-hari sebagai momen berkumpul bersama keluarga. Ini membuka peluang besar bagi strategi promosi yang memanfaatkan nilai kebersamaan dalam keluarga.

Edward menegaskan bahwa penting bagi pelaku industri untuk memahami perilaku konsumen secara mendalam. Bagaimana strategi ritel, penentuan harga, dan pemasaran yang disesuaikan dengan kondisi lokal akan membuat mereka lebih relevan di pasar yang kompetitif ini.

Laporan ini merupakan hasil riset daring yang dilakukan antara 25 Maret hingga 6 April 2025, melibatkan 2.018 responden dewasa di Indonesia sebagai bagian dari total 7.252 responden di lima pasar Asia Pasifik. Dengan informasi yang relevan dan faktual, pelaku usaha di Indonesia diharapkan dapat merespons kebutuhan dan keinginan konsumen yang semakin cermat dalam memilih kebutuhan sehari-hari.

Exit mobile version