Transformasi Lotte Chemical: Dari Mangkrak 6 Tahun Jadi Investasi Rp 65 Triliun

Pembangunan pabrik Lotte Chemical Indonesia di Cilegon, Banten, menjadi sorotan utama setelah diluncurkan pada 6 November 2025. Proyek ini merupakan investasi terbesar di sektor petrokimia di Asia Tenggara, dengan nilai yang mencapai Rp 65 triliun. Pabrik ini juga menjadi kebangkitan industri kimia nasional setelah sempat terhenti selama enam tahun.

Investasi Besar dan Tantangan Proyek

Proyek ini mulai dibangun pada 2016, namun mengalami berbagai kendala. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia, menjelaskan bahwa masalah lahan dan perizinan membuat proyek ini terhenti selama lima hingga enam tahun. “Setelah diangkat menjadi kepala BKPM, kami membentuk Satgas Investasi untuk menyelesaikan masalah ini,” ungkap Bahlil.

Kabarnya, peran Satgas sangat vital dalam menyelesaikan persoalan tanah, terutama dengan adanya penglibatan kepolisian dan jaksa. Pada tahun 2020-2021, Bahlil melakukan diplomasi intensif dengan Korea Selatan untuk memastikan kelanjutan investasi ini. “Saya sampai sepuluh kali ke Korea Selatan untuk lobi-lobi ini,” imbuhnya.

Konstruksi dan Progres Proyek

Pembangunan pabrik akhirnya dapat dilanjutkan pada 2022 dan ditargetkan selesai dalam waktu tiga tahun. Bahlil juga menjelaskan bahwa ada kendala lain yang harus dihadapi, termasuk pandemi COVID-19. “Proyek ini sulit. Ada tanah 2,3 hektare yang seharusnya kami bisa gunakan, tetapi saat itu sulit untuk menyelesaikannya,” jelasnya.

Meskipun pada tahun 2024 baru mencapai 65 persen progres fisik, pembangunan berhasil dipercepat berkat dorongan dari Satgas Hilirisasi. Proyek ini, yang awalnya diperkirakan memiliki investasi sebesar Rp 3,9 triliun, mengalami kenaikan biaya hingga menjadi sekitar Rp 65 triliun.

Produksi dan Pasar

Pabrik Lotte Chemical dirancang untuk memproduksi 15 jenis produk utama. Ini termasuk etilena, propilena, serta berbagai bahan baku penting. Produk tersebut akan digunakan untuk industri hilir, seperti peralatan medis, kabel listrik, dan ban kendaraan. Sekitar 70 persen dari total produksi akan dipasarkan di dalam negeri, sementara 30 persen diekspor ke negara lain. Proyeksi penjualan tahunan mencapai US$2 miliar.

Pabrik ini menggunakan bahan baku naphta sebanyak 3,200kTA untuk memproduksi berbagai produk hulu dan hilir. Jenis-jenis produksi tersebut mencakup ethylene (1,000kTA), propylene (520kTA), dan pyrolysis gasoline (675kTA). Semua produk ini penting dalam pembuatan berbagai barang, dari botol plastik hingga perangkat medis.

Kepentingan Strategis Proyek

Kehadiran pabrik ini menjadi simbol kebangkitan industri hilir migas Indonesia. Dalam catatan sejarah, ini adalah proyek petrokimia terpadu kedua setelah kompleks Chandra Asri yang dibangun pada era Presiden Soeharto. Dengan investasi luar biasa ini, diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kehadiran pabrik ini mempunyai dampak yang luas bagi Indonesia. Baik dari sisi ekonomi maupun kemandirian industri. Investasi dalam sektor petrokimia memainkan peran penting dalam pengembangan industri nasional. Keberhasilan proyek ini juga menggambarkan kemampuan pemerintah dalam menarik investasi asing meskipun ada berbagai tantangan yang harus dihadapi.

Dengan semua pencapaian ini, Lotte Chemical Indonesia berdiri sebagai contoh nyata kemajuan industri dan komitmen pemerintah untuk memajukan sektor petrokimia di tanah air.

Exit mobile version