Dalam menghadapi tantangan dari produk global dan pesatnya perkembangan perdagangan digital, industri ritel Indonesia memilih sinergi dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini terungkap dalam Seminar Nasional bertema “Ritel Indonesia Bersanding, Bukan Bersaing dengan UMKM” yang dilaksanakan di UBM Hall, Jakarta, pada 4-6 November 2025.
Sebanyak tiga jaringan ritel utama, yaitu Alfamart, Indomaret, dan Borma Group berpartisipasi dalam acara ini. Mereka menegaskan komitmen untuk tumbuh bersama pelaku UMKM. Corporate Communications General Manager Alfamart, Rani Wijaya, menyatakan bahwa dukungan terhadap UMKM lebih dari sekadar tanggung jawab sosial. Ini merupakan pilar ketahanan ekonomi bangsa. “Semakin kuat produk UMKM lokal, semakin kecil peluang produk asing untuk mendominasi pasar domestik,” ujarnya.
Alfamart memiliki visi yang fokus pada pemberdayaan pengusaha kecil dan menengah. Sejak berdiri 26 tahun lalu, fokusnya bukan hanya pada ekspansi bisnis. Program #TumbuhBersamaAlfamart juga berperan penting dalam membangun ekosistem kemitraan. Saat ini, ribuan produk lokal sudah menghiasi rak-rak Alfamart di seluruh Indonesia. Mereka juga memberikan tempat berjualan bagi lebih dari 12.000 pelaku usaha dengan biaya yang terjangkau.
Dalam program ini, Alfamart memberikan fasilitas perlindungan usaha dari risiko bencana. Selain itu, terdapat UMKM Store Owner Alfamind yang menyediakan akses bagi wirausaha digital untuk memiliki toko virtual. Rani menekankan sinergi ini sebagai bentuk win-win partnership, yang penting untuk meningkatkan daya saing dan pemerataan kesejahteraan.
Indomaret juga sejajar dengan visi kolaboratif ini. Marketing Microeconomics Manager Indomaret, Faris Huda, mengungkapkan bahwa ritel modern selalu terbuka bagi UMKM yang memenuhi standar pasar. Dia menyebutkan tiga kriteria utama yang harus dipenuhi, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Indomaret berkomitmen untuk membimbing UMKM agar berhasil menembus pasar modern.
Banyak pelaku UMKM terhambat karena tidak bisa menjaga konsistensi pasokan. “Kami ingin membantu mereka bertahan lebih lama,” jelas Faris. Dukungan dalam bentuk pemahaman mekanisme distribusi dan bimbingan mengenai kemasan juga diberikan.
Borma Group, yang awalnya merupakan toko kelontong kecil di Bandung, menunjukkan bahwa ritel lokal dapat menjadi pilar bagi UMKM. Head Administrator Borma Group, FX Yudi, menjelaskan bahwa mereka menyediakan Pojok UMKM Lokal di setiap gerai. “Kami ingin mereka naik kelas secara bertahap,” ujarnya. Ini menciptakan ruang bagi UMKM untuk belajar dan memajang produk tanpa biaya tambahan.
Kolaborasi ini tidak hanya menjadi wacana. Dalam acara yang sama, lebih dari 70 UMKM hasil kurasi APRINDO berkesempatan untuk menjajaki kerjasama dengan peritel. Ketua Umum APRINDO, Solihin, menekankan bahwa ritel modern seharusnya dipandang sebagai mitra strategis untuk UMKM.
“Semakin banyak kolaborasi seperti ini, semakin kuat struktur ekonomi nasional kita,” tandas Solihin. Semangat untuk menjadikan industri ritel Indonesia sebagai motor penggerak ekonomi rakyat sangat terasa dalam setiap sesi seminar.
Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian menuju perayaan Hari Ritel Nasional 2025. Dengan tema “Kebangkitan Ritel: Bertumbuh Bersama UMKM, Bergerak ke Pasar Global”, acara ini ditujukan untuk menghubungkan UMKM dengan peluang yang lebih besar di pasar modern.
Melalui upaya ini, para pelaku ritel modern berkomitmen untuk memberikan dukungan penuh kepada UMKM, serta memastikan pemerataan kesejahteraan yang lebih luas. Keterlibatan aktif peritel dalam menjalin kemitraan dengan UMKM menjadi fondasi yang penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia.
Baca selengkapnya di: www.inews.id