Rekor Utang AS Mencapai Rp634 Ribu Triliun di 2025: Setara Ekonomi 5 Negara Besar!

Utang nasional Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi pada tahun 2025 dengan total mencapai Rp 634 triliun. Angka ini setara dengan US$38 triliun yang dilaporkan oleh Departemen Keuangan AS pada tanggal 4 November 2025. Dalam konteks ini, utang tersebut menunjukkan besarnya ketidakberdayaan fiskal pemerintah dalam menangani pengeluaran dan pemasukan negara.

Setiap warga AS kini menanggung beban utang sekitar Rp 1,8 miliar atau US$111.000. Peningkatan utang nasional ini mencerminkan kesenjangan yang semakin melebar antara pengeluaran pemerintah dan pendapatan yang diperoleh. Terlebih lagi, lonjakan ini tercatat hampir mencapai US$1 triliun setiap dua bulan. Ini adalah situasi yang semakin mengkhawatirkan para ekonom dan pengamat kebijakan.

Lonjakan Utang yang Mengkhawatirkan
Pada bulan Juli 2024, total utang AS berada di angka US$35 triliun. Ini meningkat menjadi US$36 triliun pada bulan November 2024. Dalam waktu kurang dari setahun, utang nasional kembali melesat menjadi US$37 triliun pada bulan Agustus 2025. Lonjakan signifikan dalam utang menunjukkan bahwa pemerintah tidak dapat mengendalikan defisitnya.

Keterbatasan Pengelolaan Fiskal
CEO Peter G. Peterson Foundation, Michael A. Peterson, mengkritik para legislator AS yang gagal menjalankan tanggung jawab fiskal. Ia menekankan perlunya reformasi anggaran yang lebih bertanggung jawab agar negara bisa mengelola keuangan dengan baik. "Menambahkan triliunan demi triliunan ke utang bukanlah cara yang tepat untuk mengelola ekonomi negara besar seperti Amerika," ungkap Peterson.

Penurunan Peringkat Kredit
Sebagai dampak dari kondisi utang yang mengkhawatirkan, lembaga pemeringkat Moody’s menurunkan peringkat kredit pemerintah AS menjadi Aa1 dari Aaa pada Mei 2025. Penurunan ini terjadi karena ketidakmampuan pemerintah dalam menahan defisit serta bunga yang terus meningkat. Langkah serupa pernah diambil oleh Fitch dan Standard & Poor’s.

Debat di Kalangan Ekonom
Muncul perdebatan di kalangan ekonom mengenai berapa banyak utang yang bisa ditanggung oleh AS. Mayoritas merasakan bahwa tren utang saat ini tidak berkelanjutan. Sebuah analisis dari Penn Wharton Budget Model mengindikasikan bahwa pasar keuangan mungkin tidak akan mentoleransi rasio utang di atas 200 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Proyeksi Masa Depan
Kantor Anggaran Kongres AS (CBO) memprediksi bahwa rasio utang terhadap PDB dapat mencapai 200 persen pada tahun 2047. Keadaan ini sebagian besar disebabkan oleh kebijakan pemotongan pajak yang diberlakukan di bawah pemerintahan Donald Trump, yang mempengaruhi pendapatan negara secara signifikan.

Peningkatan utang yang luar biasa ini menggugah perhatian publik dan para pemangku kepentingan. Keterpurukan fiskal yang melanda AS ini menghadirkan tantangan yang kompleks. Pemerintah harus segera mengambil langkah strategis untuk memperbaiki pengelolaan fiskal. Keputusan yang diambil saat ini akan berdampak pada generasi mendatang.

Analisis Ekonomi Global
Dengan catatan utang yang setara dengan gagasan ekonomi lima negara besar, yaitu China, India, Jepang, Jerman, dan Inggris, ada banyak pertanyaan yang muncul tentang dampak global dari utang ini. Pertumbuhan serta kestabilan ekonomi AS berpengaruh besar pada ekonomi dunia. Oleh karena itu, pengelolaan utang yang efektif akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi global.

Situasi saat ini menuntut perhatian lebih dari semua pihak. Para legislator, ekonom, dan masyarakat umum perlu berkolaborasi untuk mencari solusi. Keberlanjutan ekonomi AS akan mempengaruhi banyak aspek, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di arena internasional.

Exit mobile version