Kegiatan industri air minum dalam kemasan (AMDK) selalu menarik perhatian publik. Terutama ketika Komisi VII DPR RI memanggil para produsen AMDK untuk membahas sumber daya air yang digunakan dalam produksinya. Salah satu produsen yang mendapat sorotan adalah PT Tirta Investama, yang dikenal dengan merek AQUA.
Dalam rapat yang berlangsung, PT Tirta Investama menjelaskan bahwa mereka sebagian besar mengandalkan air dari pegunungan. Ini merupakan bagian dari identitas AQUA, yang selama ini dikenal sebagai air pegunungan berkualitas. Namun, ada fakta menarik bahwa proses pengeboran juga dilakukan untuk mendapatkan air, terutama yang terperangkap dalam akuifer.
Vera Galuh Sugijanto, Vice President General Secretary Danone Indonesia, menjelaskan bahwa pengeboran adalah langkah diperlukan dalam memperoleh air dari akuifer yang terlindungi. “Kalau ada persepsi bahwa air AQUA adalah air dibor, harus kami klarifikasi. Pengeboran kami lakukan untuk mendapatkan air dari sumber tanah yang terjaga,” katanya. Ia menambahkan bahwa sumber air tersebut terlindungi oleh lapisan batuan yang telah ada selama ratusan tahun.
Berbagai produsen AMDK lainnya juga menjelaskan sumber air yang mereka gunakan. Contohnya, PT Panfila Indosari, yang memproduksi RON 88, menggunakan mata air dari pegunungan tanpa proses pengeboran. Sumber airnya keluar langsung melalui celah batuan, menjadikannya sangat natural.
Lain halnya dengan PT Amidis Tirta Mulia, produsen merk Amidis. Mereka tepatnya berasal dari air bawah tanah dan tidak mengklaim menggunakan air pegunungan. Perbedaan ini menunjukkan variasi dalam sumber air di antara produsen air minum, yang dapat mempengaruhi kualitas dan citra produk.
Sementara itu, PT Tirta Fresindo Jaya, yang memproduksi Le Minerale, menggunakan sumber air tanah dalam. Mereka mengambil air dari daerah resapan dengan kedalaman antara 80 hingga 120 meter. Proses ini tidak hanya penting untuk menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi.
Ada pula produk Al Ma’soem yang berasal dari sumber mata air di pegunungan Manglayang di Kabupaten Bandung. Dengan cara ini, mereka menjaga agar air yang diambil tetap bersih dan bebas dari kontaminasi.
Dalam konteks industri AMDK di Indonesia, penting untuk memahami bahwa cara pengambilan sumber air sangat beragam. Ini mencakup dari mata air pegunungan hingga air tanah dalam, dan setiap metode memiliki keunggulan tersendiri. Hal ini tentu saja berpengaruh pada persepsi konsumen mengenai kualitas air yang mereka konsumsi.
Ketika berbicara soal keberlanjutan dan perlindungan sumber daya air, produsen AMDK memainkan peranan penting. Mereka dituntut untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan pasar, tetapi juga menjaga ekosistem yang mendukung keberadaan sumber air. Oleh karena itu, transparansi dalam pengambilan air menjadi kunci dalam menjaga kepercayaan konsumen.
Sumber daya air merupakan elemen penting yang harus dikelola dengan bijak. Setiap tindakan yang diambil oleh produsen akan berpengaruh langsung terhadap ketersediaan air di masa yang akan datang. Keselarasan antara kebutuhan konsumen dan keberlanjutan sumber daya air harus selalu dijaga.
Teknologi dan inovasi dalam pengambilan air juga harus diperhatikan oleh industri. Inovasi yang ramah lingkungan dapat membuat proses pengambilan air lebih efektif dan efisien. Ini menjadi tanggung jawab bersama para produsen untuk memastikan bahwa mereka mengambil sumber air dengan cara yang paling tidak merusak lingkungan.
Kesimpulannya, pemahaman mengenai sumber air yang digunakan oleh produsen AMDK seperti AQUA sangat penting bagi konsumen. Kualitas dan keberlangsungan produk yang mereka konsumsi tergantung pada cara pengelolaan sumber daya air. Upaya untuk lebih transparan dan berkelanjutan harus menjadi fokus utama bagi semua pelaku industri.
Baca selengkapnya di: finance.detik.com