Proses Evaluasi Longsor di Tambang PT Freeport Ditargetkan Selesai Maret atau April 2024

Proses evaluasi terhadap penyebab longsor di tambang Grasberg Block Cave (GBC) milik PT Freeport Indonesia tengah berlangsung. Area terdampak longsor belum dapat beroperasi kembali sampai proses ini selesai. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyatakan, tim evaluasi dari Kementerian ESDM saat ini masih berada di lokasi dan memprediksi bahwa hasil evaluasi akan rampung antara Maret atau April 2026.

Kejadian longsor ini sangat serius. Tercatat, tujuh pekerja meninggal dalam insiden pada September lalu. Kementerian ESDM berkomitmen untuk menyelesaikan evaluasi dengan hati-hati. Keselamatan menjadi prioritas utama dalam penanganan masalah ini. “Ini nyawa orang, bukan hanya persoalan bisnis,” ungkap Bahlil. Proses evaluasi akan mencakup audit oleh ahli untuk menilai kondisi secara menyeluruh.

Tim melakukan tindakan evakuasi dan pengumpulan data di lokasi kejadian. Setiap langkah diambil dengan cermat untuk memastikan keselamatan semua pekerja. Setelah evaluasi, rekomendasi akan dibuat. Perbaikan infrastruktur diperlukan sebelum produksi dapat dimulai kembali.

Meski area GBC terpaksa ditutup, beberapa lokasi lain seperti Big Gossan dan DMLZ sudah diizinkan untuk beroperasi. Namun, produksi di dua area ini masih sangat terbatas. Direktur Jenderal Minerba Kementerian ESDM Tri Winarno menyebut bahwa produksi dari kedua lokasi tersebut hanya mencapai sekitar 30% dari total kapasitas produksi Freeport.

Besaran produksi di sini diperkirakan hanya mencapai 600 ribu ton bijih per tahun. Dengan demikian, dampak dari penutupan area GBC cukup signifikan. Keputusan untuk melanjutkan operasi di area lain diambil setelah dilakukan analisa yang menunjukkan bahwa area tersebut tidak terpengaruh oleh longsor.

Berbagai faktor menjadi perhatian dalam evaluasi ini. Dalam pernyataannya, Bahlil menekankan pentingnya memeriksa setiap detail kondisi di lapangan. Proses ini tidak hanya menyangkut produktivitas, namun juga keselamatan yang harus menjadi prioritas. “Kami harus ngecek apa penyebabnya. Setelah itu diaudit oleh tim ahli,” tambahnya.

Evaluasi ini juga mencerminkan komitmen pemerintah dan perusahaan dalam menjaga keselamatan kerja. Dalam industri tambang, risiko menjadi bagian tak terpisahkan dari operasional sehari-hari. Namun, langkah-langkah pencegahan harus diterapkan dengan ketat untuk mencegah kejadian yang mengakibatkan hilangnya nyawa.

Sementara itu, pihak Freeport harus bersiap menghadapi tantangan ini. Proses investigasi yang panjang dan teliti diharapkan dapat memberikan rekomendasi yang konkret. Nostalgia pencarian penyebab malas longsor mesti diatasi dengan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam. Ini demi menjamin tidak terulangnya insiden menyedihkan serupa di masa mendatang.

Kementerian ESDM akan terus memantau perkembangan situasi dan memberi update kepada publik. Seluruh pihak terkait diharapkan bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini dengan segera. Dalam waktu dekat, hasil evaluasi akan dipublikasikan dan menjadi acuan untuk langkah selanjutnya.

Dari sini, visi dan misi untuk membuka kembali area tambang GBC akan bergantung pada hasil evaluasi dan implementasi rekomendasi. Sektor tambang, khususnya PT Freeport, akan mempersiapkan diri untuk bangkit kembali setelah proses ini usai. Seiring waktu, diharapkan keselamatan kerja yang lebih baik dapat terwujud di industri ini, demi kebaikan semua pekerja dan perusahaan.

Baca selengkapnya di: www.suara.com
Exit mobile version