Rupiah dilaporkan mengalami tekanan terhadap nilai tukar dolar Amerika Serikat. Radhika Rao, Senior Economist dari DBS Bank, meramalkan bahwa nilai tukar Rupiah akan berada di kisaran Rp16.500 hingga Rp16.800 pada akhir tahun 2025. Prediksi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi APBN 2025 yang mematok nilai tukar di sekitar Rp16.000.
Beberapa faktor global turut mempengaruhi pelemahan nilai Rupiah. Di antaranya adalah potensi perang dagang internasional dan kebijakan pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed). Menurut Rao, kebijakan-kebijakan yang sedang berlangsung di luar negeri memberikan dampak signifikan pada pergerakan mata uang Indonesia.
Dampak Sentimen Global
Sentimen global terus menjadi tantangan bagi nilai tukar Rupiah. Rencana pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini dapat memperburuk situasi. Dalam konteks peperangan dagang, tarif dan kebijakan baru yang dikeluarkan oleh negara lain dapat memberi dampak negatif.
Bank Indonesia (BI) telah merespons situasi ini dengan melakukan intervensi pada pasar domestik dan offshore. Upaya ini bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah meskipun dihadapkan pada berbagai tekanan. Rao menekankan pentingnya peran BI dalam menjaga stabilitas ini.
Strategi Menjaga Stabilitas
Bank Indonesia terus melaksanakan intervensi untuk memastikan pergerakan nilai tukar tetap stabil. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa meskipun ada tekanan signifikan di pasar keuangan, nilai tukar masih terkendali. Pada 18 November 2025, Rupiah terpantau melemah tipis sebesar 0,69 persen, mencapai Rp16.735 per dolar AS.
BI melaksanakan strategi stabilisasi melalui serangkaian langkah intervensi terukur. Strategi ini adalah bagian dari dukungan kebijakan fiskal dan moneter yang berintegrasi. Dengan pendekatan ini, BI berharap dapat meminimalkan dampak dari situasi global yang bergejolak.
Kondisi Ekonomi Domestik
Meskipun ada tekanan dari luar, kondisi ekonomi domestik juga perlu diperhatikan. BI selalu mengingatkan bahwa stabilitas nilai tukar sangat penting untuk menjaga kepercayaan investor. Dengan kata lain, investor perlu melihat adanya kepastian dalam perekonomian Indonesia agar tetap berinvestasi.
Selain itu, kebijakan fiskal dan moneter yang terintegrasi juga diharapkan dapat mendukung sektor bisnis domestik. Ketika sektor bisnis tumbuh, ini dapat membantu dalam memperkuat nilai tukar Rupiah di masa depan.
Intervensi Aktif oleh Bank Indonesia
Dalam menghadapi tantangan ini, intervensi aktif dari Bank Indonesia menjadi sangat krusial. BI berkomitmen untuk terus menjaga nilai tukar agar tetap stabil. Kebijakan yang berfokus pada pasar valuta asing diharapkan dapat memberikan ketenangan di tengah dinamika pasar.
Langkah ini juga mencerminkan upaya pemerintah dalam memastikan bahwa perekonomian nasional tetap berada di jalur yang tepat. Dengan demikian, meskipun ada berbagai ancaman dari luar, harapan untuk stabilitas nilai tukar tetap ada.
Dengan prediksi ini, penting bagi semua pihak untuk tetap memantau perkembangan. Tekanan pada nilai tukar Rupiah dapat berisiko jika tidak diatasi dengan baik. Namun, dengan intervensi yang tepat, diharapkan kondisi bisa membaik ke depannya.
Masyarakat dan pelaku ekonomi diharapkan bisa bersikap proaktif dalam menghadapi situasi ini. Stabilitas nilai tukar menjadi salah satu kunci untuk menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia. Saatnya untuk lebih peka terhadap dinamika global yang mempengaruhi mata uang dan ekonomi domestik.
Baca selengkapnya di: www.suara.com