Di tengah tantangan global seperti krisis iklim dan ketimpangan sosial, peran mahasiswa sebagai agen perubahan sangatlah krusial. Banyak kampus di Indonesia berupaya mendorong generasi muda untuk memiliki kesadaran tinggi tentang keberlanjutan. Salah satunya adalah Universitas Pelita Harapan (UPH), yang menunjukkan komitmennya dalam mendidik mahasiswa dengan pendekatan inovatif dan berkelanjutan.
UPH baru-baru ini menggelar Grand Final Ambassador of UPH 2025, sebuah ajang yang tidak hanya berfokus pada pemilihan duta kampus, tetapi juga berfungsi sebagai platform untuk membina mahasiswa agar siap menjadi pendorong perubahan di masyarakat. Melalui peran ini, mahasiswa diharapkan tidak hanya tampil mengesankan di atas panggung, tetapi juga dapat membawa dampak positif bagi lingkungan dan komunitas.
Salah satu contoh nyata dari inisiatif ini adalah Kelly Alessandra Sugianto, mahasiswa Manajemen angkatan 2024 yang dinyatakan sebagai pemenang Ambassador of UPH 2025. Dalam proyeknya berjudul Ignite, Kelly berupaya menciptakan ruang kreatif bagi mahasiswa untuk berpikir dan berkarya dengan meningkatkan kesadaran akan dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas digital. "Saya berharap proyek ini dapat mendorong teman-teman untuk lebih sadar akan panggilan hidup masing-masing," terang Kelly dalam sambutannya.
Ignite bertujuan untuk menumbuhkan budaya kreativitas yang tidak hanya berfokus pada produktivitas, tetapi juga mengutamakan tanggung jawab terhadap sesama dan planet. Kelly menekankan pentingnya orisinalitas dan kolaborasi dalam menciptakan karya. Di tengah pesatnya perkembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, ia mengajak mahasiswa untuk tetap melestarikan semangat berkarya secara mandiri.
Pendidikan Berbasis Keberlanjutan
Dalam program Ignite, Kelly menerapkan prinsip MBDL (More, Better, Different, Let Go) sebagai pendekatan untuk mengubah perilaku konsumsi. Konsep ini sejalan dengan prinsip ekonomi sirkular, yang menuntut perubahan dalam cara kita memproduksi dan mengkonsumsi barang. “Kita harus lebih sadar dalam berkarya dan mempertimbangkan dampak karya kita terhadap dunia,” tambahnya.
Kegiatan ini juga sejalan dengan visi jangka panjang UPH untuk mempersiapkan mahasiswa sebagai ‘scholar, leader, and citizen.’ Melalui ajang Ambassador, kampus berkomitmen membuat mahasiswa lebih bersinergi dengan isu-isu sosial dan lingkungan yang menjadi tantangan global saat ini.
Peran Kampus Sebagai Inkubator Ide
Dr. Eric Jobiliong, Wakil Presiden Akademik, Penelitian, dan Inovasi UPH, menyatakan bahwa ajang ini bukan sekadar seleksi, tetapi juga upaya membentuk mahasiswa yang dapat menjadi inspirasi dan contoh bagi masyarakat. "Biarlah kalian menjadi terang dan berkat di lingkungan kampus maupun di luar sana," ujarnya.
Kampus diharapkan menjadi inkubator bagi gagasan dan tindakan nyata yang berorientasi pada keberlanjutan. Dengan menciptakan wadah bagi mahasiswa untuk bereksplorasi dan berinovasi, diharapkan akan muncul generasi muda yang tidak hanya cerdas akademis, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Menghadapi Era Digital dengan Kesadaran
Di era digital yang semakin kompleks, tindakan kecil dapat membawa efek besar. Kelly dan para finalis lainnya diharapkan tidak hanya menjadi pionir di dunia digital, tetapi juga mampu membawa nilai-nilai keberlanjutan ke dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat menunjukkan bahwa meskipun banyak tantangan yang dihadapi, komitmen untuk menciptakan dampak positif tetap dapat diwujudkan.
Akhirnya, dengan perkembangan teknologi dan media sosial yang tak terelakkan, penting bagi mahasiswa untuk memiliki tujuan yang lebih besar dalam setiap proyek yang mereka kerjakan. Kesadaran akan dampak dari setiap tindakan bisa menjadi langkah awal dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik di masa depan. Inisiatif seperti Ignite menjadi contoh konkret bagaimana pendidikan tinggi dapat berkontribusi dalam menghasilkan pemimpin yang bertanggung jawab dan peduli pada keberlanjutan lingkungan dan sosial.
