Helwa Bachmid kembali menjadi sorotan publik setelah pernyataannya tentang kebiasaan mencium kaki suaminya, Habib Bahar bin Smith, setelah salat. Dalam sebuah siaran langsung yang menggugah, Helwa mengungkapkan bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk pengabdian dan bakti kepada suami. Ia mengungkapkan rasa bangganya ketika Habib Bahar menyebutnya sebagai istri paling berbakti dibanding istri-istrinya yang lain.
Dalam video tersebut, Helwa berbicara dengan penuh emosi. Ia menuturkan bahwa setiap kali selesai salat, ia mencium kaki Habib Bahar. “Tidak ada istri-istrinya yang mencium kakinya setelah salat, cuma aku yang berbakti,” ungkap Helwa sambil menangis. Pengakuan ini sontak memicu reaksi beragam di kalangan netizen. Mereka membagikan pandangan yang bervariasi tentang sikap Helwa yang seolah menunjukkan pengorbanan yang tidak dihargai.
Di tengah pujian yang diterima, Helwa justru merasakan penelantaran dalam pernikahannya. Dalam wawancara tersebut, ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap suaminya. Pengorbanan yang dilakukan seolah tidak mendapat balasan yang sesuai.
Sikap Helwa menciptakan gelombang komentar dari warganet. Banyak yang bersimpati, namun tidak sedikit pula yang mempertanyakan alasan Helwa mengungkapkan masalahnya di hadapan kamera. “Kenapa harus nangis sambil direkam?” tanya seorang pengguna media sosial. Komentar itu menekankan ketidakpahaman di kalangan publik mengenai tindakan Helwa.
Kritik dan Pandangan Netizen
Helwa juga mendapat kritik dari beberapa netizen yang menganggap pernyataannya menunjukkan sikap manja. Salah satu netizen menyebutkan bahwa jika suami belum bisa bersikap adil, tidak seharusnya ia mempermainkan konsep poligami. Komentar tersebut menyoroti masalah keadilan dalam hubungan poligami, terutama dalam konteks nilai agama.
Konflik semakin memanas ketika Helwa membalas komentar dari istri pertama Habib Bahar, Fadlun Faisal Balghoits. Dalam tanggapannya, Helwa menyatakan bahwa dirinya tidak memiliki urusan dengan Fadlun dan hanya mencari penjelasan dari Habib Bahar. Ia menegaskan, “Aku hanya minta penjelasan dari si Bahar. Tidak ada hubungannya sama si Fadlun.”
Dampak Sosial dan Media
Cerita yang disampaikan Helwa ini dengan cepat menyebar di media sosial. Banyak warganet beranggapan bahwa pengakuan tersebut mencerminkan isu yang lebih besar terkait hubungan poligami dan peran perempuan dalam pernikahan. Media pun ikut mengulas kisah Helwa, membawa debat tentang perlakuan terhadap perempuan dalam konteks agama dan budaya ke permukaan.
Selain itu, pengakuan Helwa juga menunjang diskusi mengenai kesehatan mental di kalangan wanita. Banyak yang mengkhawatirkan dampak emosional dari perasaan ditelantarkan dan kesedihan yang dialami Helwa. Beberapa aktivis perempuan menekankan pentingnya dukungan psikis bagi perempuan dalam situasi serupa.
Konteks Poligami di Indonesia
Dalam konteks Indonesia, poligami sering menjadi topik yang sensitif. Masyarakat memiliki pandangan berbeda-beda mengenai praktik ini. Di satu sisi, ada yang mendukung berdasarkan ajaran agama. Di sisi lain, banyak yang menolak karena menyangkut kesetaraan gender dan perlakuan yang adil terhadap semua istri.
Kisah Helwa Bachmid memberikan perspektif baru tentang bagaimana poligami bisa mempengaruhi kehidupan interpersonal dalam keluarga. Masyarakat diajak untuk merenungkan bagaimana perlakuan terhadap perempuan dalam praktik poligami harus diberi perhatian lebih banyak.
Dengan berlalunya waktu, masalah yang dihadapi Helwa dan Habib Bahar dapat menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi dan pemahaman dalam hubungan keluarga, serta hakikat cinta dan pengabdian dalam pernikahan.
