Film Sci-Fi Pertama Indonesia: ‘Pelangi di Mars’ Siap Tayang di 2026, Apa yang Menarik?

Indonesia saat ini bersiap menyambut film fiksi ilmiah pertama, yaitu "Pelangi di Mars." Film ini menjadi tonggak sejarah bagi perfilman Indonesia dengan memanfaatkan teknologi canggih dalam produksinya.

Disutradarai oleh Upie Guava, film ini merupakan karya panjang pertama bagi sutradara yang sebelumnya dikenal lewat film dokumenter tentang band Seventeen. Penggarapan film ini dilakukan oleh Mahakarya Pictures, yang optimis bisa membuat gebrakan di dunia perfilman.

Sinopsis "Pelangi di Mars"

Cerita dalam film ini berlatar belakang tahun 2100. Saat itu, Bumi menghadapi krisis air bersih yang semakin parah akibat monopoli korporasi. Pusat cerita berfokus pada seorang gadis bernama Pelangi, yang merupakan manusia pertama yang lahir dan tumbuh di Planet Mars.

Konflik pun terjadi ketika koloni manusia di Mars memutuskan untuk kembali ke Bumi. Namun, Pelangi memilih tetap tinggal di Mars, tempat yang ia anggap sebagai rumah. Dalam petualangannya, Pelangi ditemani oleh sekelompok robot setia. Ia berusaha menemukan elemen langka, "Zeolith Omega," yang diyakini dapat memurnikan air untuk umat manusia.

Teknologi dalam Produksi

"Pelangi di Mars" bukan hanya sekadar film biasa. Film ini menggunakan teknologi CGI (Computer Generated Image) dan Green Screen, serta Extended Reality (XR) untuk menciptakan visual yang realistis. Proses produksi dilakukan dengan cara hybrid, menggabungkan shooting virtual dan dunia nyata.

Studio DossGuava menjadi lokasi yang digunakan, selain beberapa set nyata lainnya. Upie Guava sudah mempersiapkan proyek ini sejak tahun 2020, melakukan riset mendalam untuk menjamin kualitas film.

Anggaran dan Target Produksi

Mahakarya Pictures mengungkapkan bahwa "Pelangi di Mars" memerlukan bujet yang lebih besar dibandingkan dengan lima produksi sebelumnya. Meskipun rincian anggaran tidak dijelaskan, jelas bahwa film ini merupakan investasi signifikan bagi produser.

Film ini direncanakan selesai produksinya pada kwartal pertama tahun depan. Penantian ini membuat pencinta film tidak sabar untuk melihat bagaimana fiksi ilmiah digarap di tanah air.

Harapan dan Dampak

Kehadiran "Pelangi di Mars" diharapkan dapat memicu minat yang lebih besar terhadap genre fiksi ilmiah di Indonesia. Jepang, Korea, dan negara-negara Barat telah lebih dahulu menampilkan karya-karya luar biasa dalam genre ini.

Dengan inovasi teknologi dan cerita yang segar, film ini berpotensi menarik perhatian baik di dalam maupun luar negeri. Ini merupakan langkah maju bagi industri film Indonesia yang semakin berani bereksplorasi.

Sebagai film fiksi ilmiah pertama, "Pelangi di Mars" berikrar untuk menghadirkan sebuah pengalaman sinematik yang unik. Di tengah tantangan yang dihadapi industri perfilman, film ini dapat menjadi inspirasi. Keberanian Upie Guava dan tim untuk menyajikan sesuatu yang baru menjadi sinyal positif bagi masa depan perfilman nasional.

Penonton dapat menantikan rilis film ini pada tahun 2026, yang tentunya akan membawa angin segar bagi genre yang selama ini kurang mendapat perhatian. Ini adalah momen yang tepat untuk menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam membuat karya seni yang inovatif dan menginspirasi.

Baca selengkapnya di: lifestyle.bisnis.com
Exit mobile version