Kanker Menular dari Ibu ke Bayi Saat Hamil: Mitos atau Fakta? Temukan Jawabannya!

Diagnosis kanker selalu menjadi berita buruk, terutama bagi ibu hamil. Pertanyaan yang sering muncul adalah, apakah kanker dapat menular dari ibu ke bayi dalam kandungan? Berdasarkan penelitian terbaru, termasuk laporan dari JCO Global Oncology dan analisis di PubMed Central, kasus-kasus langka menunjukkan bahwa sel kanker dapat melewati penghalang plasenta, meski ini bukanlah kejadian umum.

Plasenta menjadi pertahanan utama yang melindungi janin dengan menyalurkan nutrisi penting dan mencegah zat berbahaya, termasuk sebagian besar sel kanker, masuk ke dalam aliran darah janin. Risiko penularan kanker dari ibu ke janin sangat jarang terjadi. Namun, jenis kanker tertentu, seperti melanoma, leukemia, dan limfoma, menunjukkan potensi lebih tinggi untuk menembus penghalang ini.

Dalam keadaan di mana sel kanker berhasil masuk ke dalam tubuh janin, sistem imun janin yang sedang berkembang sering kali mampu mengenalinya sebagai benda asing dan menghancurkannya sebelum dapat berkembang lebih jauh. Meski ada kemungkinan penularan, tingkat risikonya sangat rendah. Menariknya, tingkat kelangsungan hidup bagi ibu hamil dengan kanker yang terdeteksi pada stadium yang sama dengan pasien non-hamil hampir serupa.

Bagaimana Penularan Terjadi?

Penularan kanker dari ibu ke bayi dapat terjadi melalui dua cara utama:

  1. Dalam kandungan (in utero): Sel kanker melewati plasenta dan masuk ke dalam aliran darah janin.
  2. Saat persalinan: Bayi dapat terpapar sel kanker, misalnya saat menyedot cairan yang terkontaminasi sel kanker dari jalan lahir dalam kasus kanker serviks.

Tantangan Diagnosis Kanker Selama Kehamilan

Diagnosis kanker pada ibu hamil dapat menjadi tantangan tersendiri. Perubahan fisik selama kehamilan sering kali menutupi gejala kanker. Misalnya, payudara yang membesar dan lebih padat membuat benjolan baru sulit terdeteksi. Selain itu, pendarahan rektum sering disangka sebagai wasir, saat bisa jadi tanda kanker usus besar. Kelelahan yang dirasakan bisa jadi diartikan wajar, padahal dapat mengindikasikan anemia atau kanker darah.

Sebagai akibatnya, kanker pada ibu hamil sering kali baru terdeteksi pada tahap yang lebih lanjut. Oleh karena itu, penting agar setiap perubahan mencurigakan, seperti benjolan baru atau perdarahan abnormal, segera diperiksakan ke dokter.

Pengobatan Kanker Saat Kehamilan

Mengatasi kanker selama kehamilan memerlukan strategi yang disesuaikan dengan stadium kanker, usia kehamilan, serta kondisi ibu dan janin. Menurut American Cancer Society, pilihan pengobatan antara lain:

  1. Operasi: Relatif aman dilakukan, terutama pada trimester kedua, untuk mengangkat tumor.
  2. Kemoterapi: Tidak disarankan selama trimester pertama, namun lebih aman setelah trimester kedua. Ada risiko bayi lahir prematur atau berat badan rendah.
  3. Radioterapi: Umumnya dihindari, kecuali dalam situasi tertentu di mana kanker berada jauh dari rahim.
  4. Terapi Hormon & Imunoterapi: Tidak disarankan selama kehamilan karena potensi bahayanya bagi janin.
  5. Persalinan Dini: Kadang-kadang disarankan agar pengobatan dapat segera dilakukan tanpa mengganggu kesehatan bayi.

Meski penularan kanker dari ibu ke bayi adalah suatu fenomena yang sangat jarang terjadi, pemahaman tentang risiko, cara diagnosis, dan metode pengobatan sangat penting. Ibu hamil disarankan untuk tetap waspada terhadap setiap tanda atau gejala yang mencurigakan dan tidak ragu untuk menemui tenaga medis guna mendapatkan penanganan yang tepat. Deteksi dini dapat menjadi kunci dalam pengobatan yang sukses, menjaga kesehatan ibu dan bayi dalam prosesnya.

Exit mobile version