Menelusuri Radioaktif Cesium-137 di Cikande: Bahaya dan Efeknya bagi Manusia

Temuan Cesium-137 (Cs-137) di kawasan industri Cikande, Serang, Banten, telah menimbulkan keresahan. Penemuan material radioaktif ini terjadi setelah pihak berwenang Amerika Serikat menolak pengiriman udang beku asal Indonesia pada Agustus 2025. Badan Pengawas Makanan dan Obat AS (FDA) dan Bea Cukai menemukan jejak radiasi pada produk tersebut di beberapa pelabuhan, termasuk Los Angeles dan Miami. Investigasi kemudian dilanjutkan di dalam negeri, yang mengarah pada temuan material Cs-137 di tempat penampungan logam bekas di Cikande.

Apa itu Cesium-137?

Cesium-137 adalah isotop radioaktif yang dihasilkan dari fisi nuklir. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), Cs-137 terbentuk sebagai produk sampingan dari uji coba senjata nuklir dan kecelakaan reaktor nuklir, seperti bencana Chernobyl. Isotop ini memiliki waktu paruh sekitar 30,17 tahun dan memancarkan radiasi beta serta gamma. Ia hadir dalam bentuk cair pada suhu ruang, tetapi biasanya ditemukan sebagai serbuk kristal putih setelah berikatan dengan klorida.

Penggunaan dan Asal-usul Cs-137

Cs-137 banyak digunakan dalam dunia medis dan industri. Dalam jumlah kecil, senyawa ini digunakan untuk mengkalibrasi alat deteksi radiasi. Dalam volume yang lebih besar, ia dimanfaatkan dalam terapi radiasi kanker serta proses sterilisasi medis. Produk ini dihasilkan melalui fisi nuklir di reaktor atau uji coba senjata nuklir, dengan sisa paparan yang masih ditemukan di lingkungan akibat uji coba nuklir di masa lalu.

Risiko Paparan bagi Manusia

Paparan Cs-137 dalam jumlah kecil umumnya tidak berbahaya, namun risiko signifikan muncul dari kebocoran atau kecelakaan. Efek kesehatan tergantung pada intensitas dan durasi paparan. Jika terkena dosis tinggi, bisa memicu penyakit radiasi akut, dengan gejala seperti mual, kelelahan, dan bahkan kematian pada dosis ekstrem. Sementara itu, paparan internal melalui pernapasan atau konsumsi makanan dapat menyebabkan Cs-137 menyebar ke jaringan lunak tubuh dan meningkatkan risiko kanker.

Kedua ahli, Dr. Hariadi Wibisono dari Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia dan Dr. Roni Nugraha dari IPB, menjelaskan bahwa meskipun ada paparan, kadar Cs-137 yang ditemukan di Cikande jauh di bawah ambang batas aman yang ditetapkan oleh FDA. Dr. Roni menegaskan bahwa kontaminasi ini tidak berasal dari industri perikanan, melainkan akibat aktivitas peleburan logam di sekitar lokasi. Kadar Cs-137 yang terdeteksi adalah sekitar 68 Bq/kg, jauh di bawah batas aman konsumsi yaitu 1.200 Bq/kg.

Sikap Kehati-hatian dan Penarikan Produk

Meski temuan Cs-137 ini telah diawasi, prinsip kehati-hatian tetap diutamakan. FDA meminta penarikan produk dari pasar, meskipun kadar radionuklida yang ditemukan tergolong aman. Menurut Dr. Hariadi, teknologi modern telah mengurangi risiko paparan radiasi dengan menjamin batas aman yang dapat diterima.

Temuan ini mengingatkan kita akan pentingnya pengawasan yang ketat terhadap penggunaan material berbahaya dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Paparan radioaktif, meskipun dalam jumlah kecil, tetap memerlukan perhatian dan pengendalian yang ketat untuk mencegah risiko kesehatan di masa depan.

Dengan demikian, pengawasan produksi dan pemantauan lingkungan harus jadi prioritas, agar kejadian serupa tidak terulang dan keselamatan masyarakat terjaga dengan baik.

Source: lifestyle.bisnis.com

Exit mobile version