Siloam Hospital Peringati Hari Jantung Sedunia, Fokus pada Risiko AF dan Stroke

Dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia yang jatuh pada 29 September, Siloam Hospital menggelar serangkaian kegiatan edukasi dan diskusi ilmiah yang berfokus pada kesehatan jantung dan hubunganannya dengan organ-organ vital lainnya. Acara ini melibatkan sejumlah pakar medis, termasuk Prof. Dr. Dr. Yoga Yuniadi, spesialis jantung, dan Dr. Tunggul Diapri Situmorang, spesialis penyakit dalam, yang menekankan pentingnya kolaborasi multidisiplin dalam penanganan pasien.

Direktur Siloam Hospital TB Simatupang, Dr. Dewi Wiguna, dalam sambutannya menggarisbawahi pentingnya kesadaran masyarakat mengenai kesehatan jantung. Menurutnya, jantung merupakan organ utama yang sangat menentukan kualitas hidup individu. “Melalui edukasi dan kolaborasi medis, kami ingin menghadirkan paradigma baru dalam tata laksana penyakit jantung dan komplikasinya,” ujar Dr. Dewi.

Dalam sesi presentasi, Dr. Tunggul menjelaskan keterkaitan antara jantung dan ginjal melalui konsep cardiorenal syndrome. Ia menjelaskan, “Gangguan pada jantung hampir selalu berdampak pada ginjal, dan sebaliknya. Oleh karena itu, penanganan pasien harus dilakukan secara multidisiplin.” Hal ini menunjukkan pentingnya integrasi perawatan kesehatan dalam menangani masalah terkait kedua organ vital ini.

Salah satu sorotan utama dari acara ini adalah tingginya prevalensi Atrial Fibrilasi (AF) di Indonesia, yang mencapai 3,2 persen, menjadikannya kasus tertinggi di kawasan ASEAN. Prof. Yoga Yuniadi menjelaskan bahwa AF dapat meningkatkan risiko stroke hingga lima kali lipat. “Yang perlu diwaspadai adalah banyak kasus AF bersifat silent, sehingga pasien baru menyadari setelah terkena stroke,” tegasnya.

Prof. Yoga juga memaparkan perkembangan terapi terkini, termasuk tindakan catheter ablation dan teknik penutupan left atrial appendage untuk mencegah pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke. “Meta-analisis menunjukkan ablasi memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pengobatan konvensional sebagai first line treatment bagi penderita AF,” tuturnya. Ini memperlihatkan pentingnya pendekatan berbasis bukti dalam pengobatan AF.

Inovasi lain yang dibahas adalah renal denervation, solusi untuk mengatasi hipertensi yang sulit dikontrol dengan obat. Teknik ini diyakini efektif menurunkan tekanan darah dengan memodifikasi saraf di sekitar pembuluh darah ginjal.

Rangkaian kegiatan Hari Jantung Sedunia ini tidak hanya ditujukan untuk tenaga medis melalui master class dan diskusi ilmiah tetapi juga menargetkan masyarakat luas lewat seri edukasi “Hearts and Friends.” Program ini membahas hubungan jantung dengan berbagai kondisi kesehatan lain, seperti otak, ginjal, paru, kehamilan, diabetes, dan obesitas.

“Harapan kami, semakin banyak masyarakat memahami bahwa menjaga kesehatan jantung berarti menjaga kehidupan,” tutup Dr. Dewi.

Pentingnya kesadaran akan faktor risiko, seperti Atrial Fibrilasi dan stroke, menjadi krusial, mengingat semakin tingginya angka kejadian penyakit jantung dan komplikasinya di Indonesia. Melalui upaya seperti yang dilakukan oleh Siloam Hospital, diharapkan kesadaran masyarakat meningkat dan mereka lebih mau untuk mengambil tindakan preventif.

Di sisi lain, peran pemerintah dan lembaga kesehatan dalam meningkatkan kampanye edukasi serta akses ke layanan kesehatan juga sangat diperlukan. Kesadaran dan pengetahuan yang lebih baik tentang kesehatan jantung dapat mengurangi angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.

Source: www.suara.com

Exit mobile version