Fenomena pasien kanker yang memilih berobat ke luar negeri dan kemudian melanjutkan terapi di Indonesia semakin meningkat. Penyebab utama dari fenomena ini adalah panjangnya waktu pengobatan, yang seringkali memakan bertahun-tahun, serta biaya yang dapat membebani pasien dan keluarganya. Menurut dr. Ronald Alexander Hukom, seorang dokter spesialis penyakit dalam dan Ketua Perhimpunan Hematologi dan Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Cabang Jakarta, keputusan ini cenderung diambil oleh pasien dengan kondisi keuangan yang lebih baik.
Berobat ke luar negeri sering dianggap sebagai pilihan terbaik karena fasilitas dan pelayanan yang lebih baik. Namun, dr. Ronald menekankan bahwa pengobatan kanker bukanlah proses yang cepat. Pasien umumnya harus menjalani terapinya selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Ini membuat banyak di antara mereka merasa kelelahan karena harus terus melakukan pemeriksaan di negara asing yang juga memerlukan dukungan keluarga. "Berobat ke luar negeri itu cukup merepotkan, terutama untuk pasien kanker, karena waktu yang dibutuhkan tidak sedikit," ungkap dr. Ronald di perhelatan Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) 12 di Jakarta.
Kembali ke Indonesia dengan Harapan Baru
Banyak pasien yang akhirnya memutuskan untuk kembali berobat di Indonesia setelah berpengalaman melelahkan di luar negeri. Di RS Kanker Dharmais, dr. Ronald menyatakan bahwa banyak pasien yang berasal dari luar negeri ingin melanjutkan pengobatan mereka di sana. Dalam banyak kasus, mereka juga memanfaatkan program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Ini membantu meringankan beban biaya yang cukup besar dalam proses pengobatan kanker.
Sebagian besar pasien yang kembali ini umumnya dihadapi oleh masalah keterbatasan dana setelah biaya pengobatan di luar negeri terkuras. Meskipun pengobatan di luar negeri mungkin terlihat lebih unggul, program BPJS Kesehatan di Indonesia sudah menyediakan cukup banyak obat kanker yang dibutuhkan meskipun tidak selengkap fasilitas luar negeri.
Tantangan dalam Penanganan Kanker di Indonesia
Meskipun banyak pasien kembali ke Indonesia untuk melanjutkan terapi, dr. Ronald mencatat bahwa pengobatan kanker di Tanah Air masih memerlukan perbaikan. Data menunjukkan bahwa mayoritas pasien baru terdiagnosis pada stadium advanced, seperti stadium 3 dan 4, yang berarti peluang harapan hidup mereka menjadi semakin kecil. Di sisi lain, jika kanker bisa ditemukan pada stadium dini, seperti stadium 1 atau 2, maka harapan hidup pun jauh lebih tinggi.
Jumlah pasien kanker yang memilih berobat ke luar negeri diperkirakan berkisar antara 10 hingga 20 persen dari total kasus yang ada. Angka ini menunjukkan bahwa di satu sisi, ada keinginan dari pasien untuk mendapatkan perawatan terbaik, tetapi di sisi lain, terdapat situasi yang memaksa mereka untuk kembali ke dalam negeri.
Kondisi ini menciptakan tantangan besar bagi sistem kesehatan Indonesia. Diperlukan perhatian lebih agar fasilitas dan layanan yang tersedia dapat bersaing dengan negara lain, sehingga pasien tidak perlu jauh-jauh ke luar negeri untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik. Penyuluhan dan layanan kesehatan yang lebih baik untuk mendeteksi kanker sejak dini juga perlu ditingkatkan agar pasien bisa mendapatkan perawatan yang tepat waktu.
Dengan kompleksitas masalah yang dihadapi, pengobatan kanker di Indonesia harus terus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga mereka. Di tengah perjalanan panjang ini, harapan akan perbaikan dan inovasi dalam layanan kesehatan tetap ada, agar setiap pasien mendapatkan kesempatan terbaik untuk sembuh.
Source: www.suara.com
