Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis cenderung menjadi bagian tak terpisahkan dari banyak orang. Hal ini disebabkan oleh kemampuan gula dalam memicu pelepasan hormon dopamin di otak, yang memberikan rasa senang dan nyaman. Namun, asupan gula yang berlebihan dapat mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, termasuk peningkatan berat badan, diabetes, dan penyakit jantung. Ketika seseorang berusaha untuk berhenti mengonsumsi gula, tubuh akan mengalami periode penyesuaian yang signifikan.
Saat seseorang berhenti dari konsumsi gula, reaksi tubuhnya dapat bervariasi. Menurut penelitian dari National Institutes of Health (NIH), konsumsi gula yang berlebihan dapat memengaruhi sistem saraf pusat dengan efek mirip zat adiktif lainnya. Ketika asupan gula dihentikan, tubuh tidak serta merta mudah beradaptasi; justru, individu bisa mengalamai gejala yang menyerupai proses detoksifikasi.
Reaksi Tubuh pada Minggu Pertama
Di minggu pertama setelah menghentikan konsumsi makanan manis, tubuh berusaha menyesuaikan diri dengan kadar gula darah yang lebih stabil. Pada fase ini, orang dapat merasakan sejumlah gejala, seperti:
- Rasa lelah: Tubuh yang biasa mendapatkan energi dari gula kini harus beralih ke sumber energi lain.
- Sakit kepala: Perubahan kadar glukosa dapat memengaruhi kinerja otak.
- Perubahan suasana hati: Fluktuasi kadar gula sering kali memicu perasaan cemas atau iritabilitas.
- Keinginan untuk makanan manis: Otak masih mencari gula sebagai sumber energi, meski keinginan ini secara bertahap akan berkurang.
Fase awal ini umumnya berlangsung antara 3 hingga 7 hari, tergantung pada seberapa tinggi konsumsi gula sebelumnya.
Adaptasi dan Perubahan Positif di Minggu Kedua
Memasuki minggu kedua, perubahan positif mulai terasa. Energi terasa lebih stabil dan konsentrasi meningkat. Harvard Health Publishing mencatat beberapa manfaat yang sering dialami dalam periode ini, antara lain:
- Energi yang lebih seimbang: Tanpa fluktuasi drastis kadar gula, tubuh bisa lebih bugar.
- Kualitas tidur yang membaik: Kadar gula seimbang membantu stabilisasi hormon tidur.
- Kulit tampak lebih sehat: Mengurangi gula dapat mengurangi peradangan kulit dan memperlambat penuaan.
Manfaat Jangka Panjang Mengurangi Gula
Setelah melepaskan kebiasaan mengonsumsi gula tambahan, manfaat kesehatan jangka panjang mulai muncul. Beberapa di antaranya adalah:
- Penurunan berat badan: Terkontrolnya kalori kosong dari gula membuat metabolisme lebih efisien.
- Risiko penyakit diabetes tipe 2 berkurang: Pengurangan asupan gula membantu mempertahankan sensitivitas insulin.
- Kesehatan jantung yang lebih baik dan kulit yang lebih cerah: Diet rendah gula mendukung keseimbangan lipid dalam darah dan kesehatan kulit.
Risiko Menghentikan Gula Secara Drastis
Walaupun menghentikan gula dibutuhkan, pemotongan secara ekstrem bisa membawa risiko kesehatan. Kondisi ini bisa menimbulkan gejala mirip "keto flu", seperti pusing dan kesulitan fokus. Bagi orang dengan gangguan metabolisme, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter saat merencanakan penghentian konsumsi gula.
Batas Konsumsi Gula yang Disarankan
American Heart Association (AHA) merekomendasikan batas asupan gula tambahan harian sebagai berikut:
- Pria dewasa: Maksimal 36 gram (9 sendok teh) per hari.
- Wanita dewasa: Maksimal 25 gram (6 sendok teh) per hari.
- Anak-anak: Maksimal 25 gram (6 sendok teh) per hari.
Meskipun penghentian konsumsi gula tambahan bisa menjadi tantangan, memberi tubuh kesempatan untuk menyesuaikan diri adalah langkah penting. Pada awalnya akan ada rasa lelah dan mencari gula, tetapi seiring waktu, manfaatnya akan sangat terlihat. Mengelola asupan gula bukan hanya tentang menahan diri, tetapi juga tentang membangun kebiasaan sehat yang berkelanjutan untuk kesehatan jangka panjang.
Source: www.beritasatu.com
