Bangun Karakter Bijak Plastik: Cara Supaya Anak Peduli Lingkungan Sejak Dini

Di tengah meningkatnya tantangan sampah plastik di Indonesia, menanamkan karakter peduli lingkungan kepada anak-anak menjadi hal yang semakin mendesak. Menurut data dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) tahun 2024, Indonesia menghasilkan lebih dari 34 juta ton sampah per tahun, di mana sekitar 67% belum terkelola dengan baik. Di antara sampah tersebut, plastik menduduki peringkat tertinggi sebagai penyumbang.

Untuk membangun kesadaran ini, pendekatan yang efektif adalah melalui edukasi dan kegiatan sederhana. Salah satu inisiatif yang patut dicontoh adalah program #BijakPlastikSejakDini yang diluncurkan oleh Mondelez Indonesia. Program ini bertujuan untuk menanamkan nilai peduli lingkungan kepada anak-anak melalui kegiatan seperti memilah, menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah plastik. Workshop bertemakan “Generasi #BijakPlastikSejakDini, Anak Hebat Peduli Lingkungan” merupakan bagian dari upaya pendidikan yang menyenangkan dan partisipatif.

Dalam pendapat Dr. Khamim dari Kemendikdasmen, program ini mendukung Gerakan Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, khususnya dalam membangun kebiasaan bermasyarakat. "Anak-anak perlu memahami bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab sosial," ujarnya, menegaskan pentingnya pemahaman ini di kalangan anak-anak.

Selain itu, Siti Mariam dari Kementerian Lingkungan Hidup menekankan pentingnya kolaborasi antara orang tua, guru, dan sekolah. "Ketika anak-anak, guru, orang tua, dan sekolah berjalan bersama, maka kebiasaan bijak plastik akan menjadi gaya hidup," jelasnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan baik tidak hanya bisa diajarkan di sekolah, tetapi juga harus dilanjutkan di rumah.

Praktik di Sekolah

Contoh nyata dari suksesnya program ini dapat dilihat di SDN Pesanggrahan 09 Pagi di Jakarta Selatan, yang berhasil menjadi pemenang kompetisi Bank Sampah #BijakPlastikSejakDini. Kepala sekolah, Yunita Monike Rahmi Siregar, mengatakan bahwa perubahan kebiasaan dimulai dari kegiatan sederhana, seperti memilah sampah di sekolah. "Anak-anak mulai terbiasa memilah sampah, dan kebiasaan itu pelan-pelan mereka bawa ke rumah," paparnya.

Kegiatan bank sampah ini tidak hanya mengajarkan tanggung jawab, tapi juga membantu anak-anak untuk berpikir sistematis dan menghargai proses. Tambahan sesi dongeng interaktif dari Nia Ramlan juga turut memeriahkan suasana, dengan menghadirkan kisah cinta lingkungan yang dapat menginspirasi anak-anak.

Peran Orang Tua

Julia Jasmine, seorang konten kreator tentang kehidupan berkelanjutan, menekankan bahwa membangun karakter cinta lingkungan di keluarga bisa diawali dengan langkah kecil. "Tiga langkah sederhana bisa dilakukan: pertama, sadarkan anak bahwa sampah adalah tanggung jawab kita. Kedua, mulai biasakan memilah, meski tidak sempurna. Dan terakhir, terus belajar lewat buku atau kegiatan lingkungan," jelasnya.

Orang tua berperan penting dalam memastikan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah juga diterapkan di rumah. Dukungan ini menjadikan anak-anak lebih mengerti bahwa menjaga bumi adalah bagian dari identitas mereka, bukan hanya tugas orang lain.

Investasi untuk Masa Depan

Program #BijakPlastikSejakDini kini telah diterapkan di 12 sekolah mitra, melibatkan lebih dari 5.700 siswa, dan berhasil mengumpulkan 27,5 ton sampah plastik. Program ini juga bekerja sama dengan Gerakan Sekolah Sehat (GSS) Kemendikdasmen, serta meluncurkan buku dan video edukasi tentang pengelolaan sampah yang ramah anak.

Menurut Marfusita Hamburgiwati, Country Lead of Corporate & Government Affairs di Mondelez Indonesia, inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang untuk investasi masa depan. "Anak-anak adalah cerminan masa depan. Jika sejak dini mereka belajar bijak plastik, maka mereka akan tumbuh menjadi generasi yang mampu menciptakan perubahan nyata," tuturnya.

Dengan berbagai kegiatan dan dukungan dari semua pihak, upaya untuk membangun generasi yang peduli lingkungan ini terus berkembang, menjadi harapan bagi masa depan yang lebih baik.

Source: www.suara.com

Exit mobile version