Pakar Farmasi Bicara Efek Ganja-Ekstasi Terkait Kasus Onadio Leonardo

Pakar Farmasi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr Zullies Ikawati, memberikan penjelasan mengenai efek penyalahgunaan ganja dan ekstasi di tengah pemberitaan tentang penangkapan penyanyi Onadio Leonardo. Penangkapan yang terjadi baru-baru ini mengungkap dugaan penyalahgunaan narkoba jenis ekstasi dan ganja, yang kemudian menjadi sorotan publik.

Menurut Prof Zullies, ekstasi merupakan obat psikoaktif yang memiliki efek stimulan. Pengguna ekstasi sering merasakan perubahan suasana hati yang signifikan, mirip dengan efek amfetamin dan halusinogen ringan, seperti LSD. Efek positif dari ekstasi sering dianggap menarik perhatian, di mana pengguna merasa lebih ceria, energik, dan lebih sosial saat berada di lingkungan pesta. Namun, ia menegaskan bahwa efek positif tersebut bersifat sementara dan dapat diikuti dengan perasaan lelah, sedih, dan depresi setelahnya.

Sementara itu, ganja memiliki zat aktif bernama THC yang berfungsi langsung pada otak. Pengguna ganja sering merasakan sensasi tenang, bahagia, dan bahkan peningkatan kreativitas. Namun, Prof Zullies memperingatkan bahwa penggunaan ganja dalam dosis tinggi dan jangka panjang dapat berakibat serius. Penyalahgunaan ganja berpotensi memicu penurunan daya ingat, kecerdasan, dan bahkan gangguan mental seperti halusinasi atau skizofrenia.

Kasus Onadio Leonardo menarik perhatian karena aparat kepolisian menemukan sejumlah barang bukti di lokasi penangkapannya, termasuk ekstasi dan ganja. Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya, Brigjen Ade Ary Syam Indradi, barang bukti ekstasi ditemukan telah habis karena diduga telah digunakan oleh Onadio. Penangkapan ini terjadi di sebuah perumahan di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, dengan penangkapan tambahan atas satu orang lainnya di Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Prof Zullies menjelaskan lebih lanjut bahwa meskipun ganja sering kali dianggap lebih ringan dibandingkan obat-obatan lainnya, risiko kesehatan dari penggunaannya tetap ada. Efek jangka panjang dari ganja dapat merusak jaringan paru-paru yang mirip dengan perokok berat. Di sisi lain, efek ekstasi jauh lebih mengkhawatirkan. Penggunaan berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada otak, gangguan jantung, dan bahkan kematian akibat suhu tubuh yang tidak terkendali. Pengaruh jangka panjang dari ekstasi juga dapat menciptakan depresi dan gangguan memori yang signifikan.

Dalam pandangan Prof Zullies, sangat penting untuk memahami risiko yang mengintai di balik penggunaan substansi tersebut, terutama bagi generasi muda. Penyebaran informasi yang akurat dan mendidik tentang efek narkoba adalah langkah krusial untuk mencegah penyalahgunaan. Publik, termasuk kalangan artis, diharapkan dapat menjadi teladan dalam hal kehidupan sehat dan menjauhi risiko penggunaan narkoba.

Dengan meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba di kalangan masyarakat, khususnya di kalangan artis, edukasi dan kesadaran tentang dampak negatif dari penggunaan obat-obatan seperti ganja dan ekstasi harus menjadi prioritas. Penelitian dan informasi dari pakar seperti Prof Zullies bisa membantu masyarakat lebih memahami bahaya yang terkandung dalam penyalahgunaan narkoba dan dampaknya bagi kesehatan fisik dan mental.

Pengalaman Onadio Leonardo bisa dijadikan momentum untuk menggugah diskusi yang lebih luas mengenai efek berbahaya dari narkoba. Upaya untuk meningkatkan pendidikan publik dan akses ke informasi yang benar dapat membantu mengurangi prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia.

Source: health.detik.com

Exit mobile version