Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengumumkan bahwa virus cacar monyet, atau mpox, telah terdeteksi di luar benua Afrika, termasuk di Malaysia. Informasi ini disampaikan pada Jumat, 31 Oktober 2025, menyoroti peningkatan penyebaran virus ini di berbagai negara, termasuk Namibia, Belanda, Portugal, dan Spanyol. Data terbaru menunjukkan tercatatnya 2.862 kasus terkonfirmasi mpox dengan 17 kematian selama periode 14 September hingga 19 Oktober 2025, menunjukkan betapa seriusnya situasi tersebut.
Mpox sendiri adalah infeksi virus yang biasanya menyebar melalui kontak dekat dan menyebabkan gejala seperti flu dan lesi bernanah di seluruh tubuh. Meskipun gejala yang ditimbulkan sering kali ringan, kondisi ini dapat berpotensi fatal, terutama bagi anak-anak dan orang dewasa dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penularan virus ini sering terjadi dari hewan liar, kemungkinan besar hewan pengerat, ke manusia. Sebelumnya, wabah mpox biasanya terbatas pada daerah terpencil namun dengan cepat menghilang. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, pola penyebaran virus ini mulai menunjukkan perubahan yang mencemaskan.
Dalam beberapa dekade, Republik Demokratik Kongo menjadi satu-satunya negara yang melaporkan wabah besar mpox. Namun, sejak tahun 2022, virus ini mengalami penyebaran yang lebih luas di tingkat global, terutama di kalangan pria yang berhubungan seks dengan pria. Fenomena ini memicu WHO untuk mengeluarkan status Darurat Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (PHEIC) untuk mpox, yang menandakan sifat mendesak dari penyebaran ini.
Lonjakan kasus di Afrika pada musim panas tahun 2024 menyebabkan WHO mengumumkan status PHEIC pada bulan Agustus 2024. Organisasi ini menekankan pentingnya kewaspadaan tinggi terhadap penyakit tersebut, mengingat hanya empat penyakit lainnya yang telah mendapatkan status serupa. Namun, setelah beberapa bulan penurunan kasus baru, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengumumkan pada 5 September bahwa status PHEIC untuk mpox dihentikan, mengikuti rekomendasi dari komite penasihat WHO.
Walaupun situasi di Afrika menunjukkan penurunan kasus, mpox tetap menjadi epidemi yang perlu diwaspadai. Penularan yang berkelanjutan dan kemampuan virus untuk berpindah dari satu individu ke individu lain, terutama di daerah perkotaan, menunjukkan tantangan besar bagi upaya penanganan dan pencegahan.
WHO mengingatkan bahwa meskipun kasus mpox baru telah menurun secara signifikan, risiko penularan masih ada. Hal ini diakibatkan oleh interaksi sosial yang lebih intensif dan mobilitas penduduk yang semakin meningkat.
Sebagai langkah antisipasi, masyarakat di negara-negara yang melaporkan kasus baru diajak untuk lebih waspada. Tindakan pencegahan yang meliputi menjaga kebersihan, menghindari kontak dekat dengan mereka yang menunjukkan gejala, dan mengedukasi diri tentang cara penularan mpox sangat dianjurkan. Kampanye vaksinasi dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang gejala serta cara penularan juga menjadi kunci dalam mengontrol penyebaran penyakit ini.
Dengan meningkatnya ketidakpastian dan risiko kesehatan global akibat mpox, kolaborasi internasional dalam penelitian dan pengembangan vaksin yang efektif menjadi semakin penting. Dalam menghadapi ancaman kesehatan ini, metode pencegahan yang efektif dapat membantu meredakan penyebaran virus dan melindungi populasi yang rentan.
WHO menghimbau semua negara untuk tetap memperhatikan surveilans epidemiologis dan melaporkan setiap kasus yang muncul agar langkah-langkah cepat dapat diambil untuk meminimalisir dampak dari virus ini. Keunggulan dalam penanganan wabah ini akan bergantung pada bagaimana pemangku kepentingan global bersatu untuk berbagi informasi dan sumber daya demi kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Source: lifestyle.bisnis.com
