Ledakan SMAN 72 Jakarta: KPAI Desak Trauma Healing untuk Seluruh Siswa Terdampak

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Margaret Aliyatul Maimunah, menyatakan bahwa seluruh siswa SMAN 72 Jakarta harus mendapatkan dukungan psikologis menyusul ledakan yang terjadi di sekolah mereka. Insiden ini, yang berlangsung pada Jumat, 7 November 2025, mengakibatkan banyak siswa mengalami trauma. KPAI merekomendasikan agar trauma healing dilakukan oleh psikolog bersertifikat dan melibatkan berbagai pihak yang kompeten.

Dalam pernyataannya, Margaret menekankan pentingnya pendampingan bagi semua siswa, tidak hanya mereka yang terluka, tetapi juga yang menyaksikan atau mendengar peristiwa tersebut. “Semua anak, baik yang mengalami luka atau tidak, pasti membutuhkan pendampingan,” ujarnya. Ini menunjukkan kesadaran bahwa dampak psikologis dapat meliputi seluruh komunitas sekolah.

Data dari kepolisian menunjukkan bahwa 14 siswa dirawat di rumah sakit, mayoritas dari mereka berusia di bawah 18 tahun. Dalam jumlah tersebut, sekitar tujuh anak memerlukan operasi akibat luka berat. Perawatannya berlangsung di RS Islam Cempaka Putih, dan para korban terus mendapat perawatan intensif. Mereka yang kondisinya membaik diperbolehkan pulang setelah menjalani proses penyembuhan.

Luka yang dialami siswa beragam, dari cedera ringan di anggota badan hingga keluhan luar biasa pada telinga dan kepala. Penanggulangan trauma psiologis diharapkan dapat membantu mereka pulih dari kejadian tragis ini. KPAI juga berharap agar proses pemulihan ini mencakup dukungan dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMSI) dan Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA).

KPAI menekankan pentingnya proses pemulihan yang holistik dan terintegrasi. Kerjasama antara berbagai pihak, seperti pendidikan, kesehatan, dan kepolisian, diharapkan akan mempercepat proses penyembuhan psikologis bagi para siswa. Hal ini akan memberikan rasa aman serta mengurangi dampak negatif dari kejadian serupa di masa depan.

Pendidikan psikologis dan dukungan emosional sangat krusial dalam situasi seperti ini. Para psikolog yang terlibat diharapkan dapat memberikan layanan yang sesuai untuk masing-masing siswa. Ini termasuk memahami konteks unik dari trauma mereka dan menciptakan lingkungan yang nyaman untuk berbagi perasaan atau pengalaman.

Dalam konteks yang lebih luas, insiden seperti ledakan ini menduduki posisi kritis dalam perhatian publik. Kejadian ini mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam menjaga keamanan dan kesehatan mental anak-anak di lingkungan sekolah. Ke depan, dibutuhkan langkah-langkah strategis untuk mencegah situasi berbahaya yang dapat mengancam keselamatan anak-anak.

Isu pendidikan karakter dan kesiapsiagaan siswa terhadap bahaya dapat menjadi bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah. Hal ini bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam menghadapi situasi darurat. Melalui pendidikan yang tepat, diharapkan siswa dapat menjadi lebih tangguh dan mampu bereaksi secara positif terhadap situasi yang menegangkan.

Secara keseluruhan, langkah KPAI untuk menginisiasi trauma healing adalah sebuah respons yang tepat dalam situasi darurat semacam ini. Seluruh stakeholder harus bersinergi agar proses pemulihan berjalan lancar, sehingga generasi muda dapat tetap fokus pada pendidikan mereka tanpa terbebani oleh trauma. Semua pihak, mulai dari pemerintah, lembaga pendidikan, hingga masyarakat, perlu berperan aktif dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak.

Baca selengkapnya di: health.detik.com
Exit mobile version