Pembatasan Soal PUBG Pasca Ledakan SMAN 72: Psikolog Ungkap Potensi ‘Gaming Disorder’

Ledakan yang terjadi di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta Utara, memicu perhatian serius dari pemerintah. Presiden Prabowo Subianto mengusulkan pembatasan terhadap permainan daring, terutama yang digemari remaja seperti PUBG Mobile. Permainan ini dinilai dapat menimbulkan dampak negatif, terutama pada kesehatan mental anak-anak.

Psikolog Joice Manurung menyebutkan adanya kondisi berbahaya yang disebut ‘gaming disorder’. Ia menjelaskan bahwa fenomena ini seringkali berhubungan dengan perilaku agresif yang ditunjukkan oleh anak-anak. Menurutnya, ada kecenderungan remaja untuk meniru perilaku kekerasan yang mereka lihat dalam game. “Anak-anak ingin mendapatkan pengakuan sebagai orang yang hebat,” ujar Joice. Tanpa pengawasan, anak-anak bisa menganggap kekerasan dalam game sebagai sesuatu yang normal.

Melihat dampak buruk ini, dampingan dari orang tua sangat diperlukan. Joice menekankan pentingnya adanya penjelasan dari orang dewasa agar anak dapat memahami batasan dalam bermain. “Tanpa ada sensor lebih lanjut, anak-anak mungkin tidak memahami konsekuensi dari tindakan mereka.”

Anak-anak yang terjerat ‘gaming disorder’ menunjukkan beberapa tanda yang mudah dikenali. Berikut adalah tanda-tandanya:

1. Kesulitan melepaskan diri dari permainan.
2. Tidak memiliki minat lain di luar game.
3. Kurangnya fokus dalam belajar serta interaksi sosial.
4. Lebih suka menyendiri dan menghindari interaksi dengan keluarga.

Joice juga menjelaskan bahwa anak yang mengalami gangguan ini sering kali menjadi emosional. Mereka mungkin kurang tidur akibat bermain game hingga larut malam. “Anak yang kurang tidur akan merasa lesu di sekolah dan cenderung mudah marah,” jelasnya.

Orang tua diharapkan lebih aktif terlibat dalam dunia digital anak. Joice menyarankan agar orang tua memahami permainan yang anak mainkan agar mampu memberikan arahan yang tepat. “Jika anak browsing tentang permainan, orang tua harus lebih pintar dari itu,” tambahnya.

Pembatasan permainan seperti PUBG ini bukan hanya untuk menanggulangi insiden kekerasan, tetapi juga sebagai langkah pencegahan terhadap kesehatan mental. Pihak berwenang perlu bertindak cepat dalam mengimplementasikan kebijakan ini. Jika diabaikan, dampak dari ‘gaming disorder’ dapat meluas ke berbagai aspek kehidupan anak-anak.

Tindakan ini dianggap sebagai upaya untuk menjaga kesehatan mental dan emosional anak. Dengan hadirnya perhatian dari pemerintah dan psikolog, diharapkan masyarakat akan lebih waspada terhadap dampak dari kebiasaan bermain game. Pendidikan dan pemahaman seputar kesehatan mental menjadi penting dalam mencegah permasalahan serupa di masa depan.

Sementara itu, ledakan di SMAN 72 menjadi pelajaran penting mengenai peran lingkungan dalam membentuk perilaku anak. Infrastruktur mental dan emosional yang kuat menjadi satu-satunya solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah ini. Di era digital seperti sekarang, perhatian terhadap kesehatan mental anak harus menjadi prioritas utama semua pihak.

Baca selengkapnya di: health.detik.com
Exit mobile version