Gangguan irama jantung, atau aritmia, adalah salah satu masalah kesehatan yang sering diabaikan oleh masyarakat. Meskipun tidak sepopuler penyakit jantung koroner, aritmia dapat menjadi ancaman serius bagi kesehatan. Ini sering kali tidak terdeteksi sampai gejala muncul, namun pemeriksaan sederhana seperti memeriksa denyut nadi dapat membantu dalam deteksi awal.
Menurut Dicky Armein Hanafy dari Asia Pacific Heart Rhythm Society, satu dari tiga orang di dunia berisiko mengalami aritmia serius. Atrial Fibrillation (AF) adalah salah satu bentuk aritmia yang paling umum dan dapat menyebabkan stroke yang sebenarnya dapat dicegah. Memahami cara memeriksa denyut nadi sangat penting. Untuk melakukannya, letakkan jari telunjuk dan tengah di pergelangan tangan atau leher, hitung selama 30 detik, lalu kalikan dua. Denyut normal berkisar antara 60 hingga 100 per menit.
Gejala aritmia bisa beragam, mulai dari palpitasi, nyeri dada, hingga sesak napas. Terkadang, gejala muncul mendadak dan hilang, namun bisa juga berlangsung lama mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal ini sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang. Gejala-gejala ini sering kali membuat penderitanya merasa tidak nyaman dan perlu diwaspadai.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, berbagai inisiatif sedang dilakukan. Salah satunya adalah pembentukan Blueprint Nasional Aritmia. Inisiatif ini bertujuan mengembangkan sistem pelayanan aritmia secara menyeluruh di Indonesia. Dicky juga menyatakan pentingnya langkah strategis dalam pelayanan kesehatan terkait aritmia.
Di Indonesia, data menunjukkan bahwa akses terhadap layanan diagnosis dan terapi aritmia masih sangat terbatas. Contohnya, implantasi defibrillator kardioverter implan di Indonesia hanya mencapai 0,30 per satu juta penduduk, jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Selandia Baru dan Jepang. Kondisi ini menunjukkan adanya kesenjangan layanan yang perlu segera diatasi agar angka kematian akibat aritmia bisa ditekan.
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah konkret diusulkan. Pertama, integrasi program pengembangan aritmia ke dalam agenda transformasi kesehatan nasional. Kedua, penguatan skema pembiayaan berkelanjutan melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan dukungan lembaga kesehatan global. Ketiga, pembentukan registri nasional aritmia untuk memonitor perkembangan program.
Sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas layanan, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan sektor swasta juga diharapkan dapat terjalin. Edukasi publik tentang aritmia dan inovasi dalam layanan digital sangat penting dilakukan. Diharapkan langkah-langkah ini tidak hanya memperkuat sistem pelayanan di Indonesia, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi dini aritmia.
Dalam menanggulangi aritmia, kesadaran dan pemahaman masyarakat adalah kunci. Mengadopsi langkah-langkah sederhana, seperti memeriksa denyut nadi secara rutin, dapat memiliki dampak besar dalam mencegah komplikasi serius. Melalui upaya bersama, angka kesakitan yang disebabkan oleh aritmia dapat ditekan secara signifikan. Pejabat kesehatan dan masyarakat diharapkan untuk bekerja sama demi kesehatan jantung yang lebih baik. Dengan edukasi dan akses yang lebih baik, aritmia bukanlah kondisi yang tidak dapat diatasi, melainkan dapat dikelola secara efektif.
Baca selengkapnya di: lifestyle.bisnis.com