Indonesia Umumkan Berakhirnya KLB Polio: Apa yang Perlu Diketahui dan Dampaknya?

Indonesia secara resmi mengakhiri Kejadian Luar Biasa (KLB) polio tipe 2. Pengumuman ini dilakukan setelah upaya besar-besaran dalam meningkatkan cakupan imunisasi di seluruh negeri. KLB polio dimulai pada Oktober 2022, saat kasus pertama dilaporkan dari Aceh. Sejak itu, kasus juga ditemukan di beberapa provinsi lain, termasuk Banten, Jawa Barat, dan Papua.

Hampir 60 juta dosis imunisasi tambahan telah diberikan kepada anak-anak selama respons KLB ini. Berdasarkan data terbaru, tidak ada virus polio ditemukan di anak-anak maupun lingkungan sejak Juni 2024. Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan KLB ini ditutup secara resmi pada 19 November 2025.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan rasa syukur atas pencapaian ini. Ia menekankan bahwa keberhasilan ini adalah hasil kerja keras tenaga kesehatan dan dukungan masyarakat untuk imunisasi anak. “Setiap anak berhak mendapatkan perlindungan, dan kita harus terus bekerja sama untuk mencegah polio kembali,” ujarnya.

Walaupun KLB polio telah dinyatakan berakhir, Budi mengingatkan bahwa risiko polio masih ada. Kesenjangan cakupan imunisasi di beberapa provinsi tetap menjadi perhatian. Dr. Saia Ma’u Piukala dari WHO juga menyatakan bahwa keberhasilan Indonesia ini adalah langkah penting menuju dunia bebas polio. “Kita harus tetap waspada dan melanjutkan imunisasi,” imbuhnya.

Sejak kasus pertama terdeteksi, langkah-langkah cepat dilakukan untuk menangani penyebaran virus. Program imunisasi tambahan dilaksanakan dengan vaksin novel OPV-2 (nOPV2) selama lebih dari dua tahun. Selain itu, cakupan imunisasi rutin juga meningkat secara signifikan. Pada 2023, hanya 63% anak yang menerima dosis kedua vaksin polio inaktif (IPV). Namun, angka ini meningkat menjadi 73% pada 2024.

Untuk lebih meningkatkan cakupan imunisasi, Kementerian Kesehatan meluncurkan vaksin heksavalen. Vaksin ini menggabungkan beberapa vaksin dalam satu suntikan. Ini memungkinkan perlindungan terhadap enam penyakit sekaligus, termasuk polio dan difteri. Program ini direncanakan dimulai di beberapa provinsi pada 2025.

Indonesia juga menunjukkan kemajuan dalam mengidentifikasi lumpuh layuh akut atau Acute Flaccid Paralysis (AFP). Kualitas surveilans telah meningkat dengan deteksi kasus yang lebih sensitif. Tim independen global melakukan evaluasi terhadap respons KLB polio. Penilaian ini menunjukkan bahwa Indonesia telah memenuhi kriteria untuk menutup KLB, tidak ada kasus baru yang ditemukan.

Pencapaian ini merupakan hasil kolaborasi antara pemerintah, mitra internasional, serta masyarakat. UNICEF Indonesia juga memberikan dukungan dalam upaya ini. Maniza Zaman dari UNICEF menyatakan bahwa keberhasilan ini menunjukkan kekuatan kolaborasi dalam menjaga kesehatan anak-anak.

Dengan penutupan status KLB polio, Kementerian Kesehatan berkomitmen untuk memastikan Indonesia tetap bebas polio. Ini akan dilakukan melalui penguatan imunisasi rutin, serta peningkatan surveilans dan kerja sama lintas sektor. Masyarakat diharapkan tetap aktif dalam mendukung program imunisasi, agar setiap anak mendapat perlindungan yang dibutuhkan.

Pelajaran yang didapat dari pengalaman ini sangat berharga. Keberhasilan Indonesia dalam mengatasi KLB polio menunjukkan pentingnya imunisasi serta keterlibatan semua pihak. Untuk masa depan, langkah-langkah pencegahan harus dilanjutkan agar polio tidak kembali, dan semua anak dapat tumbuh sehat.

Baca selengkapnya di: lifestyle.bisnis.com
Exit mobile version