Angka kematian ibu di Indonesia terus menjadi sorotan. Data menunjukkan bahwa Indonesia tercatat memiliki angka kematian ibu (AKI) tertinggi ketiga di Asia Tenggara. Angka ini mencapai 189 kematian per 100 ribu kelahiran ibu.
Berdasarkan laporan tahun 2022, sekitar 3.500 ibu meninggal akibat komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Di antara penyebab utama kematian tersebut, perdarahan menjadi masalah utama dengan persentase mencapai 20,9 persen. Eklamsia dan infeksi juga berkontribusi, masing-masing dengan presentase 22,4 persen dan 4,9 persen.
Ketua Umum Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Prof Budi Wiweko, menyampaikan keprihatinannya terhadap situasi ini. Setiap hari, sekitar 22 ibu di Indonesia meninggal dunia akibat komplikasi tersebut. Prof Budi berharap Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2025-2029 dapat membantu menurunkan AKI menjadi 77 per 100 ribu kelahiran.
Faktor Penyebab Tingginya AKI
Tingginya angka kematian ibu dipengaruhi oleh beragam faktor. Salah satu penyebab yang diperhatikan adalah tingginya angka pernikahan dini. Data menunjukkan bahwa sekitar 10,03 persen pernikahan terjadi di bawah usia 18 tahun. Jumlah kelahiran remaja juga mengkhawatirkan, yakni 20,49 per 1.000 orang.
Prof Budi menegaskan bahwa pernikahan dini adalah masalah nyata yang tidak hanya terjadi di daerah pedesaan, tetapi juga di kota-kota besar. Banyak remaja perempuan yang belum siap secara mental dan fisik untuk menjalani kehamilan.
Dampak Kesehatan Reproduksi
Pernikahan dini membawa dampak negatif pada kesehatan reproduksi. Secara biologis, organ reproduksi perempuan yang berusia di bawah 16 tahun belum sepenuhnya berkembang. Hal ini meningkatkan risiko komplikasi seperti preeklamsia dan tekanan darah tinggi selama kehamilan.
Prof Budi menyebutkan bahwa perempuan yang melahirkan dini memiliki risiko yang lebih tinggi dalam menjalani proses kehamilan yang sehat. Banyak dari mereka membutuhkan perhatian lebih dari pihak medis setelah melahirkan.
Tekanan Sosial dan Lingkungan
Masalah pernikahan dini tidak hanya berbicara tentang kesehatan fisik. Tekanan sosial dan kultur juga turut berperan dalam memperburuk psikologis ibu. Banyak dari mereka yang terjebak dalam situasi sulit yang berdampak pada kemampuan mereka mengasuh anak.
Hal ini sering kali berdampak negatif terhadap keputusan kesehatan yang diambil. Perempuan muda ini sering tidak memiliki akses atau pengetahuan tentang cara menjaga kesehatan selama kehamilan dan pasca-persalinan.
Langkah ke Depan
Untuk menurunkan angka kematian ibu, edukasi dan dukungan sosial menjadi kunci. Pemahaman yang baik tentang kesehatan reproduksi mulai dari usia dini dapat membantu mengurangi pernikahan dini. Dukungan dari pemerintah dan lembaga terkait juga diperlukan untuk menjaga kesehatan ibu melalui program-program yang terintegrasi.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang menargetkan penurunan AKI menjadi 77 per 100 ribu kelahiran, adalah langkah yang positif. Namun, implementasi yang efektif dan kolaborasi antar pihak perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor penyebab dan langkah-langkah yang bisa diambil sangat diperlukan. Situasi ini membutuhkan perhatian bukan hanya dari pemerintah, tetapi juga masyarakat luas. Upaya bersama akan membawa perubahan positif bagi kesehatan ibu di Indonesia.
Baca selengkapnya di: health.detik.com