Moment Haru Titiek Peluk Erat Bambang-Tutut Setelah Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional

Hari Senin, 10 November 2025, menjadi momen bersejarah bagi keluarga Soeharto. Sang mantan Presiden ke-2 RI itu dianugerahi gelar sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Prabowo Subianto. Penyerahan gelar ini berlangsung di Istana Negara, Jakarta Pusat.

Usai pemberian gelar, momen haru nampak saat anak-anak Soeharto, Titiek, Bambang, dan Tutut, berpelukan erat. Mereka saling menyemangati satu sama lain dengan hangat. Suasana penuh emosi dipenuhi senyuman bahagia meliputi wajah mereka.

Dalam prosesi tersebut, Presiden Prabowo membacakan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK/Tahun 2025. Gelar pahlawan nasional kepada Soeharto diberikan sebagai pengakuan atas jasa dan peran pentingnya dalam perjuangan bersenjata dan politik sejak masa kemerdekaan. Penyerahan gelar ini dihadiri oleh berbagai tamu undangan serta menteri kabinet.

Titiek, yang juga menjabat sebagai anggota DPR RI, tampak bersemangat di acara tersebut. Dia berbaris untuk memberikan ucapan selamat kepada Tutut dan Bambang. Gelar pahlawan ini diberikan di hadapan keluarga Soeharto dan menjadi momen yang sangat emosional bagi mereka.

Dalam tayangan langsung dari kanal YouTube Sekretariat Presiden, Tutut terlihat didampingi oleh Bambang saat menerima gelar tersebut. Soeharto terdaftar sebagai angkatan pertama dalam momen bersejarah ini. Beliau pernah memimpin pelucutan senjata pasukan Jepang di Yogyakarta pada tahun 1945.

Gelar pahlawan nasional bagi Soeharto bukanlah satu-satunya yang diberikan pada hari itu. Sebanyak sembilan tokoh lainnya juga dianugerahi gelar serupa. Beberapa di antaranya adalah K.H. Abdurrahman Wahid dan Marsinah, yang diakui atas perjuangan mereka di bidang politik dan sosial.

Berikut adalah daftar sembilan tokoh yang dianugerahi gelar pahlawan nasional pada Hari Pahlawan 2025:

1. K.H. Abdurrahman Wahid (Politik dan Pendidikan Islam)
2. Marsinah (Sosial dan Kemanusiaan)
3. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja (Hukum dan Politik)
4. Hajjah Rahmah El Yunusiyyah (Pendidikan Islam)
5. Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo (Bersenjata)
6. Sultan Muhammad Salahuddin (Pendidikan dan Diplomasi)
7. Syaikhona Muhammad Kholil (Pendidikan Islam)
8. Tuan Rondahaim Saragih (Bersenjata)
9. Zainal Abidin Syah (Politik dan Diplomasi)

Setelah pengumuman tersebut, banyak yang memperdebatkan relevansi dan makna gelar pahlawan nasional bagi Soeharto. Beberapa pihak menganggap hal ini sebagai langkah strategis dalam menjaga sejarah dan memperkuat citra Soeharto. Sementara yang lain berargumen bahwa pandangan terhadap warisan politik Soeharto kompleks dan tidak bisa begitu saja diringkas dalam gelar.

Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa gelar pahlawan nasional bukan hanya sekadar simbol. Ini mencerminkan pengakuan atas perjalanan panjang dan penuh tantangan yang dilalui individu tersebut.

Dengan penyerahan gelar ini, warisan Soeharto sebagai pemimpin tetap diingat dan dihargai oleh generasi mendatang. Sementara itu, momen haru antara Titiek, Bambang, dan Tutut menjadi pengingat bahwa di balik sejarah, ada kisah keluarga yang terikat dalam cinta dan dukungan satu sama lain.

Exit mobile version