Aliansi Laki-Laki Baru: Kenapa Korban Kekerasan Seksual Harus Berani Mengungkapkan Suara?

Fenomena kekerasan seksual terhadap pria sering kali terabaikan. Stigma sosial menciptakan penjaga yang membungkam suara mereka. Para pria korban sering kali merasa terjebak dalam tuntutan untuk selalu tampil kuat dan dominan.

Menurut Nur Hasyim, Co-Founder Aliansi Laki-Laki Baru, "jebakan maskulinitas" berperan besar dalam menghalangi mereka untuk bersuara. Hal ini menciptakan ketakutan yang mendalam. Bagi banyak pria, berbicara tentang pengalaman kekerasan berarti mengakui kelemahan. Mereka percaya bahwa hal ini dapat meruntuhkan citra maskulin mereka.

Relasi Kuasa yang Tidak Seimbang

Hasyim juga menyoroti adanya relasi kuasa yang timpang di dalam komunitas laki-laki. Masyarakat cenderung berpikir bahwa semua pria berada di puncak rantai kuasa. Namun, kenyataannya, banyak pria yang juga mengalami posisi rentan. Banyak dari mereka merasa tidak memiliki kekuatan yang sama dalam relasi sosial.

Fenomena ini sering kali diabaikan. Banyak laki-laki yang menjadi korban justru sulit untuk mengakui pengalaman mereka. Kerentanan yang mereka alami sering kali dieksploitasi oleh pelaku kekerasan. Sebagian orang bahkan tidak menyadari bahwa kekerasan seksual terhadap pria adalah masalah yang nyata, meski tergolong sebagai krisis yang tersembunyi.

Krisis yang Tersembunyi

“Di balik stigma dan penyangkalan, kami menemukan kekerasan seksual terhadap laki-laki sebagai sesuatu yang ‘invisible’," tegas Hasyim. Masyarakat tidak melihat kasus-kasus ini karena kurangnya ruang untuk mendiskusikannya. Hal ini membiarkan korban bergulat sendirian dengan rasa trauma dan ketidakberdayaan.

Oleh karena itu, banyak pria merasa tidak mampu meminta bantuan. Mereka menganggap tidak ada yang akan menolong mereka. "Dampak dari situasi ini sangat destruktif," kata Hasyim. Ia menambahkan bahwa keberanian untuk bersuara sangat penting. Ini bukan hanya langkah penyembuhan pribadi, tetapi juga kunci untuk memutus siklus kekerasan.

Dampak Stigma Terhadap Korban

Korban yang dianggap feminin atau tidak memenuhi standar maskulinitas sering menjadi target. Hal ini mendorong pelaku untuk mengeksploitasi kerentanan yang sudah ada. Mereka biasanya dicemooh dengan label negatif, yang membuat mereka semakin terisolasi.

Penting bagi masyarakat untuk lebih peka terhadap isu ini. Meningkatkan kesadaran akan keberadaan pria sebagai korban kekerasan seksual adalah langkah awal. Mereka perlu didorong untuk berbicara dan mencari dukungan.

Bersama Memperjuangkan Kesetaraan

Keberanian untuk bersuara dapat membantu mengubah persepsi publik. Masyarakat harus memahami bahwa kekerasan seksual tidak mengenal gender. Pria juga memiliki hak untuk diakui dan didengar. Ada kebutuhan mendesa untuk menciptakan ruang aman bagi laki-laki untuk membicarakan pengalaman mereka.

Melalui berbagai inisiatif dan dukungan, kita dapat membantu mematahkan stigma ini. Tindakan seperti mendukung kebijakan pendidikan dan pelatihan masyarakat sangat penting. Ini bisa mengubah cara kita memandang maskulinitas dan kekerasan.

Setiap orang, terlepas dari gender, berhak mendapatkan dukungan dan perlindungan. Aliansi Laki-Laki Baru mendorong setiap pria untuk memiliki keberanian berbicara. Berbicara bukanlah tanda kelemahan, melainkan langkah menuju penyembuhan. Dalam proses ini, kita semua dapat berkontribusi pada masyarakat yang lebih adil.

Baca selengkapnya di: www.suara.com
Exit mobile version