Cuaca Ekstrem di Banjarbaru: Ancaman Serius bagi Produksi Sayuran dan Palawija

Cuaca ekstrem yang melanda Kalimantan Selatan berdampak serius pada produksi sayuran dan palawija di Banjarbaru. Para petani merasakan efek negatif yang signifikan akibat perubahan cuaca yang tidak menentu. Beberapa petani mengalami kerugian besar akibat tanaman yang gagal panen. Fenomena ini menyebabkan lonjakan harga sayuran di pasar.

Di Kelurahan Landasan Ulin Utara, Kecamatan Liang Anggang, banyak petani menghadapi kerusakan tanaman. Seorang petani, Sukiran, mengeluhkan hasil panen yang anjlok. “Cuaca tak menentu dengan hujan deras disusul panas terik membuat pertumbuhan tanaman terganggu,” ujarnya. Dia juga menyebutkan serangan hama sebagai masalah tambahan yang memperparah keadaan.

Hasil panen Sukiran turun hingga separuh dari biasanya. Tanaman yang seharusnya tumbuh baik justru menjadi rusak dan kerdil. “Dari tanaman yang tersisa, hanya sedikit yang bisa dijual,” tuturnya. Meskipun harga sayur naik, para petani tidak merasakan manfaatnya.

Hal serupa dialami petani dari jenis tanaman lain. Pemilik tanaman terong dan cabai mengeluhkan meningkatnya serangan hama. Kondisi cuaca ekstrem membuat hama lebih mudah berkembang biak. Dan hasilnya, banyak tanaman tidak dapat dijaga dan dirawat dengan baik.

Gubernur Kalimantan Selatan, Muhidin, menginstruksikan semua kabupaten dan kota untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana hidrometeorologi. “BMKG telah menyampaikan bahwa sebagian besar wilayah Kalsel memasuki musim hujan,” ujarnya. Puncak musim hujan diperkirakan terjadi antara November dan Desember.

Tingginya intensitas hujan juga meningkatkan risiko banjir di beberapa daerah. Dataran rendah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sudah tergenang. Hal ini berimplikasi pada berbagai aspek kehidupan masyarakat, termasuk pertanian.

Di wilayah lain seperti Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala, kondisi serupa terjadi. Banyak rumah dan lahan pertanian terendam. Hal ini menambah beban bagi petani yang sudah terpuruk akibat kerusakan tanaman. Cuaca ekstrem bukan hanya masalah lokal; ia berdampak luas pada perekonomian regional.

Petani kini dihadapkan pada tantangan yang lebih besar. Dampak dari perubahan iklim sudah terasa dan menjadi nyata. Pemda diharapkan bisa memberikan dukungan kepada petani melalui berbagai program mitigasi. Intervensi dalam bentuk bantuan, pelatihan, dan diversifikasi tanaman mungkin menjadi langkah yang diperlukan.

Dengan mengantisipasi perubahan cuaca, diharapkan petani dapat beradaptasi dan mengurangi kerugian. Kerja sama antara pemerintah, petani, dan lembaga terkait sangat penting dalam menghadapi situasi ini. Kesiapsiagaan menjadi kunci untuk mempertahankan ketahanan pangan dan kesejahteraan petani.

Sementara itu, masyarakat diharapkan lebih memahami kondisi yang dialami para petani. Peningkatan kesadaran akan pentingnya dukungan terhadap petani lokal perlu digaungkan. Setiap orang memiliki peran untuk memainkan dalam menjaga keberlangsungan sektor pertanian di tengah tantangan cuaca yang terus berubah.

Cuaca ekstrem adalah tantangan, tetapi bisa menjadi pengingat pentingnya daya tahan dan adaptasi di sektor pertanian. Kita harus terus mendukung dan memperhatikan nasib petani agar mereka tetap mampu berkontribusi pada perekonomian lokal.

Baca selengkapnya di: mediaindonesia.com
Exit mobile version