Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia, Dr. Dicky Budiman, menyatakan bahwa potensi virus H5N5 masuk ke Indonesia tergolong sangat kecil. Meskipun demikian, perhatian dan kewaspadaan dari masyarakat serta pemerintah sangat diperlukan. Kasus pertama infeksi virus ini pada manusia ditemukan di Washington. Seorang pasien lansia mengalami sakit parah akibat virus tersebut.
Pasien di AS dirawat di rumah sakit setelah mengalami demam tinggi, kebingungan, dan gangguan pernapasan. Proses pengujian yang panjang akhirnya mengonfirmasi bahwa ia terinfeksi virus H5N5. Dr. Dicky menekankan bahwa meski risikonya rendah, hal ini tetap perlu diwaspadai.
Virus H5N5 umumnya menyebar di antara hewan. Ketika virus ini berhasil menginfeksi manusia, bisa muncul potensi pandemi. Menurut Dr. Dicky, risiko untuk masyarakat Indonesia bukanlah nol, tetapi sangat rendah, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kontak langsung dengan unggas. “Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada,” ujar Dr. Dicky.
Meskipun sulit dipastikan, ada faktor yang dapat menentukan risiko masuknya virus ini ke Indonesia. Salah satunya adalah jalur migrasi burung yang dapat membawa virus avian influenza. Kontak antara burung liar dan unggas peliharaan juga dapat meningkatkan peluang penularan. Hal ini menjadi perhatian karena Indonesia memiliki banyak peternakan kecil dan pasar unggas basah yang belum dikelola dengan baik.
Dr. Dicky juga menjelaskan bahwa biosecurity di Indonesia masih lemah. Ini menjadi tantangan mengingat banyaknya burung liar di tanah air. Meskipun ada risiko, letak geografis Indonesia yang jauh dari Amerika Serikat, tempat kasus pertama ditemukan, membantu menurunkan peluang penyebaran virus ini.
Untuk mengatasi risiko tersebut, Dr. Dicky merekomendasikan beberapa langkah. Pertama, penting untuk memperkuat sistem surveilans, termasuk deteksi aktif pada unggas. Ini harus dilakukan secara berkala, terutama di area migrasi burung. Selanjutnya, perlu ada penguatan di laboratorium dan jalur pelaporan untuk meningkatkan respons terhadap potensi virus yang masuk.
Penting bagi pengelola peternakan untuk mendapatkan pelatihan mengenai biosecurity. Kesadaran tentang perlunya langkah-langkah preventif di tingkat peternakan akan membantu mencegah kemungkinan penyebaran virus. Para peternak perlu diberi pengetahuan mengenai penyakit unggas dan cara mencegah infeksi.
Mendidik masyarakat juga menjadi kunci untuk menjaga kewaspadaan. Masyarakat harus memahami risiko dan gejala yang perlu diperhatikan. Dengan demikian, mereka dapat mengambil tindakan yang tepat sebelum situasi menjadi lebih serius.
Dalam menghadapi potensi ancaman virus H5N5, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga kesehatan sangatlah penting. Upaya ini akan memperkuat sistem kesehatan Indonesia dalam menghadapi berbagai penyakit infeksi yang mungkin muncul. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat menjaga diri dari ancaman virus ini, meskipun potensi kedatangannya sangat kecil.
Waspada tetap penting, tetapi panik tidak diperlukan. Masyarakat harus tetap tenang dan mengikuti perkembangan informasi dari sumber terpercaya. Kewaspadaan dalam memantau kesehatan unggas di sekitar kita juga menjadi salah satu cara untuk melindungi diri dan orang-orang terdekat. Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.
Baca selengkapnya di: www.inews.id