Presiden Prabowo Subianto tidak dapat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Johannesburg, Afrika Selatan, pada 22-23 November 2025. Keputusan ini diambil berdasarkan penjadwalan yang bersamaan dengan sejumlah agenda penting lainnya di Tanah Air.
Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menjelaskan bahwa Prabowo telah mendelegasikan tugasnya kepada Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Hal ini dilakukan agar Indonesia tetap terwakili dalam forum internasional tersebut. “Iya betul. Jadwal KTT G20 di Afrika Selatan bertepatan dengan beberapa agenda Presiden di Tanah Air,” ungkap Teddy.
Lebih lanjut, Teddy menambahkan bahwa untuk memastikan komunikasi yang baik, pemerintah juga menugaskan Wakil Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Wamenko Polkam) Lodewijk Freidrich Paulus. Dia akan bertemu langsung dengan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa untuk menyerahkan surat permohonan ketidakhadiran Presiden Prabowo.
KTT G20 merupakan forum penting yang dihadiri oleh pemimpin dunia. Dalam pertemuan ini, berbagai isu strategis dan kebijakan global dibahas. Ketiadaan Prabowo dalam acara ini menjadi perhatian, karena dia adalah tokoh penting dalam politik Indonesia. Namun, penunjukan Gibran sebagai wakil menunjukkan keseriusan Indonesia dalam menghadiri pertemuan tersebut.
Karena agenda dalam negeri tetap menjadi prioritas, langkah ini mencerminkan situasi politik yang dinamis. Dalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak isu dalam negeri yang harus diatasi. Hal ini mencakup perekonomian, stabilitas sosial, dan penguatan politik domestik.
Sebagai wakil, Gibran diharapkan dapat membawa suara Indonesia dengan baik di KTT G20. Dia memiliki pengalaman dalam pemerintahan, meski masih relatif muda. Penugasan ini penting dalam membangun citra Indonesia di mata dunia.
Adapun isu yang akan dibahas dalam KTT G20 kali ini berkaitan dengan pemulihan ekonomi pasca-pandemi, transisi energi, dan isu-isu terkait perubahan iklim. Perwakilan Indonesia diharapkan mampu memberikan kontribusi pada diskusi tersebut.
Beberapa agenda lain yang menjadi fokus perhatian pemerintah, saat Prabowo tidak hadir, termasuk peningkatan infrastruktur dan pemulihan ekonomi nasional. Lagu-lagu kebijakan ini akan terus menjadi prioritas agar Indonesia tidak tertinggal dari negara-negara lain di kawasan.
Dengan begitu, meskipun Prabowo tidak hadir secara fisik, Indonesia tetap bisa menyampaikan aspirasi dan kebijakan di forum internasional. Seskab Teddy menegaskan pentingnya keterwakilan negara dalam KTT G20 demi memastikan suara Indonesia didengar dalam berbagai isu global.
Komunikasi antara pemimpin sangat penting dalam pertemuan internasional seperti ini. Melalui Wamenko Polkam, pemerintah berharap bisa mendapatkan dukungan dari negara lain, terutama dalam hal kerjasama dan investasi.
Keputusan ini juga membawa impact pada hubungan diplomatic antara Indonesia dan Afrika Selatan. Keduanya merupakan negara yang memiliki potensi kerjasama dalam berbagai sektor.
Dengan pengalihan tugas pada Gibran, diharapkan momentum kepemudaan dalam pemerintahan Indonesia dapat mendorong ide-ide baru yang dapat memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional. Gibran perlu menyampaikan pandangan Indonesia dengan jelas dan konstruktif di forum tersebut.
Dalam konteks yang lebih luas, ketidakhadiran Prabowo menunjukkan prioritas yang jelas pada agenda domestik. Namun, dengan perwakilan dari pemerintah, Indonesia tetap menjaga hubungan dan komitmen di kancah global.
KTT G20 menjadi sebuah kelompok yang strategis, dan Indonesia berkomitmen untuk berpartisipasi aktif demi kepentingan bersama, meskipun dihadapkan dengan kendala yang ada.
Baca selengkapnya di: news.okezone.com