Kisah Tragis Suleiman Al Obeid: Mantan Timnas Palestina Tewas Ditembak Israel

Kabar duka datang dari dunia sepak bola Palestina dengan meninggalnya Suleiman Al Obeid, mantan pemain Timnas Palestina, yang tewas akibat tembakan tentara Israel saat menunggu antrean makanan di Gaza. Kejadian tragis ini terjadi pada Rabu, 6 Agustus 2025, saat Al Obeid dan warga lainnya mencari bantuan kemanusiaan di kawasan yang dilanda konflik tersebut. Berita ini diangkat oleh berbagai media, termasuk Al Jazeera, yang menyebutkan bahwa Al Obeid yang berusia 41 tahun dikenal sebagai “Pele-nya Palestina”, menjadi korban dalam serangan yang menyasar mereka yang membutuhkan bantuan.

Suleiman Al Obeid pernah berkarier di klub-klub terkemuka Palestina seperti Khadamat Al-Shatea, Markaz Shabab Al-Ama’ari, dan Gaza Sport. Dia mencatatkan pengalaman bersama Timnas Palestina dengan 19 pertandingan dan menyumbang dua gol. Salah satu gol terkenalnya dicetak saat Palestina berhadapan dengan timnas Indonesia di Stadion Manahan pada 22 Agustus 2011. Meskipun Palestina kalah dalam pertandingan tersebut, penampilan Al Obeid tetap dikenang sebagai salah satu momen bersejarah bagi tim nasional.

Tragedi yang menimpa Suleiman Al Obeid tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan bagian dari serangkaian kejadian yang merenggut nyawa di kalangan atlet di Palestina. Berdasarkan data terbaru, sejak Israel melancarkan serangan kembali pada Oktober 2023, sebanyak 662 atlet telah kehilangan nyawa, di mana 321 di antaranya adalah atlet sepak bola. Angka ini menunjukkan dampak berat bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung dan menimbulkan pertanyaan yang mendalam mengenai keadilan dan perlindungan bagi mereka yang terlibat dalam olahraga di tengah konflik.

Kematian Al Obeid memicu reaksi dari berbagai kalangan, dari penggemar sepak bola sampai aktivis hak asasi manusia. Banyak yang mempertanyakan sikap FIFA, federasi sepak bola dunia, dalam menghadapi pelanggaran yang terjadi di wilayah konflik. Sebagai contoh, ketika Rusia melakukan invasi ke Ukraina, FIFA langsung menjatuhkan sanksi terhadap timnas Rusia. Namun, dalam kasus serangan Israel di Palestina, FIFA seakan tidak memberikan perhatian yang sama. Pertanyaan mengenai konsistensi dan keadilan FIFA terus muncul di tengah kepedihan yang dirasakan oleh banyak orang.

Kedutaan Besar Palestina di berbagai negara juga mengutuk tindakan tersebut. Mereka menyatakan bahwa ini bukan hanya tindakan kekerasan terhadap individu, tetapi juga sebuah serangan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan berolah raga yang seharusnya dimiliki setiap orang tanpa memandang latar belakang.

Suleiman Al Obeid meninggalkan seorang istri dan lima anak, meninggalkan kisah hidup yang penuh rintangan di tengah situasi yang tidak pernah mudah. Dia dikenang sebagai pemain yang menginspirasi banyak orang, meski harus berjuang di tengah kondisi yang sulit. Rasa kehilangan yang mendalam dirasakan bukan hanya oleh keluarganya, tetapi juga oleh seluruh masyarakat Palestina dan komunitas sepak bola dunia.

Ketika aksi solidaritas terhadap Palestina semakin menguat, banyak yang berdoa dan berharap agar keadilan dapat ditegakkan. Kematian Suleiman Al Obeid mengetuk hati banyak orang untuk berbicara lebih keras tentang perlunya perlindungan untuk atlet dan warga sipil yang terjebak dalam konflik. Sementara itu, kesedihan mendalam bagi mereka yang mengenal Al Obeid akan terus dikenang sebagai bagian dari perjuangan panjang rakyat Palestina untuk berjuang demi hak-hak mereka.

Exit mobile version