Kondisi mantan pemain Timnas Indonesia, seperti Evan Dimas, Titus Bonai, dan Bayu Gatra, menjadi sorotan publik dalam beberapa waktu terakhir. Setelah pernah mengukir prestasi di kancah nasional, kini mereka harus menjalani kehidupan yang jauh berbeda, bahkan ada yang harus bertanding di Liga Tarkam atau kompetisi antar kampung demi mencari nafkah.
Evan Dimas Tampil Berubah
Evan Dimas, mantan kapten Timnas U-19 yang dikenal sebagai wonderkid, kini menetap di Tulungagung. Dalam beberapa kesempatan, penampilannya yang lebih kurus menjadi perhatian publik, mengundang kekhawatiran tentang kondisi fisiknya. Namun, melalui sebuah wawancara, Evan menegaskan bahwa ia dalam kondisi sehat. “Lama nggak main dan nggak nge-gym, ototnya jadi kecil. Sekarang fokus melatih anak-anak di SSB,” ungkapnya. Setelah memutuskan untuk hiatus dari kompetisi profesional, Evan lebih memilih untuk mengabdikan diri sebagai pelatih di Sekolah Sepak Bola (SSB) Saraswati. Ini menunjukkan bahwa meskipun ia tidak lagi berkompetisi secara profesional, Evan tetap berkontribusi pada dunia sepak bola dengan melatih generasi muda.
Titus Bonai dan Realita Liga Tarkam
Sementara itu, Titus Bonai yang akrab dipanggil Tibo, juga mengalami perubahan yang cukup signifikan. Dikenal sebagai striker andalan, ia pernah bersinar di Liga 1 bersama klub-klub besar seperti Persipura Jayapura dan Borneo FC. Namun, di usianya yang mendekati tiga puluh, Tibo kini rutin tampil di Liga Tarkam, termasuk di Nusa Tenggara Barat dan dalam turnamen Bina Jaya Cup di Ciputat. Langkah ini diambil untuk menambah penghasilan, mengingat peluang kontrak dari klub-klub profesional semakin sulit didapat. “Saya harus bisa bertahan hidup, jadi harus cari peluang di mana pun,” ujarnya, menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh mantan pemain.
Bayu Gatra dan Perjuangan Serupa
Tak jauh berbeda, Bayu Gatra, mantan pemain Timnas U-23, juga mengambil langkah serupa. Pada tahun 2020, ia tampil di ajang tarkam di Jawa Timur. Begitu juga dengan Oktavianus Maniani, mantan winger Timnas yang kini bersaing di Liga Tarkam Sulawesi Barat bersama Persekab Kabe FC hingga mencapai final. Bagi mereka, Liga Tarkam bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga sumber penghasilan penting di tengah kesulitan mencari kontrak di level profesional.
Pelajaran dari Ketersediaan Kesempatan
Fenomena ini menggambarkan kerasnya dunia sepak bola, di mana kesuksesan di lapangan hijau dapat dengan cepat memudar tanpa manajemen karier dan keuangan yang baik. Para mantan punggawa Garuda ini memberikan pelajaran berharga bahwa prestasi di masa lalu tidak menjamin masa depan yang cerah jika persiapan dan perencanaan ke depan tidak dilakukan dengan baik.
Kegiatan mereka di Liga Tarkam menunjukkan ketahanan dan dedikasi, meskipun harus bermain di level yang lebih rendah. Hal ini berfungsi sebagai pengingat bagi generasi mendatang, baik pemain muda maupun pengelola, tentang pentingnya perencanaan karir yang matang. Dengan harapan untuk selalu maju, mereka tetap berjuang demi cita-cita dan harapan yang suatu saat bisa kembali bersinar, baik di dalam maupun di luar lapangan.
Kisah-kisah ini relevan dan memberikan gambaran kehidupan yang lebih nyata bagi para atlet. Selalu ada jalan untuk terus berkontribusi, baik untuk diri sendiri maupun untuk perkembangan olahraga di negara ini.
