Manchester City mengalami kekalahan mengejutkan pada laga Premier League melawan Tottenham Hotspur di Etihad Stadium, dengan skor akhir 0-2. Pertandingan yang berlangsung pada Sabtu, 23 Agustus 2025, menciptakan sorotan tidak hanya pada hasil akhir, tetapi juga pada performa pemain keturunan Indonesia, Tijjani Reijnders. Setelah pekan lalu mencetak debut sensasional bersama Manchester City, Reijnders kali ini justru menjadi target olok-olok oleh berbagai media Inggris.
Di laga sebelumnya, Reijnders berhasil menarik perhatian banyak pihak dengan penampilannya yang menjanjikan. Namun, di pertandingan melawan Tottenham, ia terlihat jauh dari harapan. Media-media ternama memberikan kritik pedas, menyoroti penurunan performanya yang signifikan. GOAL memberikan nilai 5, mengungkapkan bahwa kontribusinya di babak pertama menurun drastis di babak kedua. Jurnalis Richard Martin bahkan menyebutnya sebagai “kekecewaan setelah debut magis” yang tidak mampu memperlihatkan sentuhan akhir atau umpan yang tepat.
Manchester Evening News juga menilai Reijnders dengan nilai yang sama, 5, dan menyatakan bahwa meskipun ada beberapa momen menjanjikan, keputusan kurang tepat di saat-saat krusial membuatnya gagal memberikan dampak positif. Berbeda dengan rekan senegaranya, Van de Ven dari Tottenham, yang tampil gemilang dan menjadi salah satu kunci kemenangan timnya. Van de Ven meraih penilaian tinggi, dengan Daily Express memberi nilai 9 dan menyebutnya sangat sukses dalam peran mengawal pressing Manchester City.
Perbedaan performa antara Reijnders dan Van de Ven mencolok. Sementara Reijnders tampak tenggelam dalam permainan, Van de Ven justru menunjukkan dominasi di lini belakang, menghalau berbagai serangan City dan membuat keputusan yang tepat di lapangan. Sports Illustrated juga mengakui duet solidnya dengan Cristian Romero yang membuat Tottenham bertahan dengan kokoh, menjaga City tetap jauh dari peluang berbahaya.
Data menunjukkan bahwa dalam pertandingan tersebut, Tottenham Hotspur berhasil menciptakan beberapa peluang berbahaya yang diantisipasi dengan baik oleh Van de Ven. Kecepatannya dalam bertahan membuatnya hampir tidak terlewati oleh pemain-pemain City. Hal ini menjadi kontras yang menarik ketika dibandingkan dengan performa Reijnders, yang berada di bawah ekspektasi setelah pujian yang ia terima sebelumnya.
Situasi ini juga memicu reaksi dari netizen dan pengamat sepak bola. Kritik terhadap Reijnders banyak muncul di media sosial, menunjukkan betapa cepatnya opini publik beralih dari pujian ke sindiran. Dengan karakteristik permainan yang menuntut konsistensi, pemain muda seringkali menghadapi tantangan mental yang bukan hanya datang dari tekanan di dalam lapangan tetapi juga dari respons eksternal.
Reijnders, yang sebelumnya mencatatkan prestasi gemilang di AC Milan, kini harus berjuang untuk membuktikan kemampuannya di kancah Premier League. Meskipun telah turun ke lapangan dengan harapan tinggi, ia kini mendapati dirinya dalam sorotan yang lebih besar dari sebelum-sebelumnya.
Kekalahan Manchester City ini menjadi pelajaran berharga bagi para pemain muda dan menjadi salah satu contoh bagaimana dunia sepak bola, terutama di liga kompetitif seperti Premier League, bisa sangat brutal. Sementara itu, performa rekan senegaranya di Tottenham menyoroti bahwa perjalanan karier di sepak bola sering diwarnai oleh fluktuasi, baik dalam hal prestasi individu maupun tim.
Dengan hasil ini, Manchester City harus segera memperbaiki diri dan mencari jalan untuk kembali ke jalur kemenangan di laga-laga berikutnya. Sementara bagi Tijjani Reijnders, ini adalah momentum untuk bangkit dan menunjukkan bahwa dia dapat kembali ke performa terbaiknya.
