Timnas Malaysia Disindir Soal ‘Latin Night’, Pemain Singapura Dihujat!

Pernyataan Ryhan Stewart, pemain Timnas Singapura, mengenai Timnas Malaysia yang disindir sebagai “Latin Night” telah memicu kemarahan di kalangan netizen Malaysia. Hal ini terjadi setelah pertandingan uji coba yang digelar pada 4 September 2025 di Stadion National Bukit Jalil, Kuala Lumpur, di mana Malaysia berhasil mengalahkan Singapura dengan skor 2-1. Dalam laga tersebut, Malaysia mencetak gol melalui Stuart Wilkin dan Joao Figueiredo, sementara Ilhan Fandi mencetak gol tunggal untuk Singapura. Setelah pertandingan, Ryhan memposting di media sosial dengan caption “Latin Night,” yang membuat masyarakat Malaysia merasa tersinggung.

Timnas Malaysia memang diperkuat oleh sejumlah pemain berdarah Latin, dengan enam di antaranya merupakan pemain asal Brasil dan Kolombia. Pelatih Peter Cklamovski memanggil 26 pemain untuk laga tersebut, termasuk Endrick Dos Santos dan Rodrigo Holgado. Ini menunjukkan upaya Timnas Malaysia untuk meningkatkan daya saing dengan memanfaatkan talenta internasional. Namun, sindiran Stewart mengundang respon keras dari publik, yang merasa bahwa pemain keturunan pun dapat terlibat dalam kritik yang sama.

Reaksi dari masyarakat Malaysia sangat variatif. Banyak yang dengan cepat merespons unggahan Stewart dengan komentar sinis. Salah satu netizen menulis, “Kamu juga pemain keturunan, tapi Grade E,” merujuk pada status Stewart yang memiliki darah Wales. Komentar serupa juga datang dari akun lain yang menyebutkan bahwa Stewart tidak perlu berpura-pura lebih unggul. Ratusan komentar mengisi unggahan tersebut, menunjukkan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap sikap yang dianggap sebagai ejekan.

Tak hanya masalah personal, situasi ini juga menciptakan ketegangan yang lebih luas antara dua negara yang bertetangga. Laga-laga persahabatan seperti ini seringkali menjadi ajang untuk menunjukkan kebanggaan dan prestise, dan sindiran dari Ryhan tampaknya memperburuk keadaan setelah kekalahan mereka. Ini bukan pertama kalinya interaksi di media sosial antara pemain dari kedua negara berujung pada kontroversi, tetapi kali ini, pernyataan yang tampaknya sepele ini menjadi topik hangat di kalangan penggemar sepak bola.

Menariknya, meski mendapat hinaan, Stewart tetap menjadi sorotan. Masyarakat Malaysia tampaknya cukup peka terhadap isu identitas dan nasionalisme. Mereka merasa bangga dengan keberagaman pemain di Timnas Malaysia, tetapi juga tidak mau merasa direndahkan oleh komentar pihak lain. Sudut pandang bahwa pemain keturunan tidak memiliki hak untuk mengkritik pemain lain menjadi tema utama dalam respon tersebut.

Sebagai catatan, meski malapetaka ini muncul dari satu komentar, hal ini menunjukkan refleksi mendalam tentang bagaimana masyarakat melihat identitas sepak bola di kedua negara. Pemain yang mewakili negara seharusnya menjadi simbol persatuan, bukan perpecahan. Namun, dalam dunia sepak bola dan sosial-media saat ini, interaksi yang penuh emosi dapat dengan cepat memicu ketegangan dan konflik.

Kejadian ini juga menyoroti pentingnya menjaga etika dan kesopanan di platform publik. Sangat penting bagi para atlet untuk menyadari dampak dari setiap pernyataan, terutama di tengah kompetisi yang ketat. Publik menantikan bagaimana situasi ini akan berkembang dan apakah akan ada langkah-langkah mediasi di antara kedua federasi sepak bola.

Sementara itu, perhatian kini terfokus pada pertandingan berikutnya dan bagaimana kedua tim akan bersikap di lapangan dan di luar lapangan, menjelang pertemuan mereka selanjutnya.

Exit mobile version