Anomali Possession ala Pep Guardiola: Man City Hanya ‘Nonton’ Arsenal

Anomali penguasaan bola pada permainan Manchester City di bawah asuhan Pep Guardiola kembali mencuat saat mereka menghadapi Arsenal di pekan ke-5 Liga Inggris 2025/2026. Dalam pertandingan yang berlangsung di Emirates Stadium pada 21 September 2025, City hanya mencatatkan penguasaan bola sekitar 32,8 persen, jauh tertinggal di belakang Arsenal yang mencapai 67,2 persen. Laga berakhir imbang 1-1 setelah kedua tim saling membalas gol melalui Erling Haaland dan Gabriel Martinelli.

Namun, penguasaan bola yang rendah tersebut bukanlah hal biasa bagi tim Guardiola yang identik dengan strategi possession-based football. Dalam pertandingan itu, City tampak kesulitan untuk membangun serangan. Mereka lebih sering tertekan oleh perlunya Arsenal yang memainkan formasi dengan tiga gelandang dan empat bek, yang berhasil mengunci gerakan pemain City.

Mengingat pedigree Guardiola sebagai pelatih yang biasa menguasai permainan, catatan penguasaan bola ini menjadi anomali. Menurut Opta, rekor ini menjadi yang terendah dalam 601 laga yang dipimpin Guardiola. Pada tahun 2023, City juga mengalami situasi serupa, dengan hanya menguasai bola 36,5 persen saat melawan Arsenal, walaupun pada akhirnya mereka berhasil meraih kemenangan 3-1.

Selama pertandingan, City hanya mampu menciptakan lima tembakan, dengan tiga di antaranya tepat sasaran. Sebaliknya, Arsenal mampu melepaskan 12 tembakan, meskipun hanya tiga yang mengarah ke gawang. Hal ini menunjukkan dominasi Arsenal dalam hal serangan dan konstruksi permainan. Guardiola mengakui bahwa timnya harus lebih efektif dalam memanfaatkan momen serangan balik, yang terbukti menjadi satu-satunya cara untuk menghadapi tekanan dari Arsenal.

Hasil imbang tersebut membuat Manchester City mengoleksi 7 poin dari lima pertandingan, dengan catatan dua kemenangan, satu imbang, dan dua kekalahan. Mereka saat ini berada di posisi peringkat 9 Liga Inggris. Sementara itu, Arsenal berhasil meraih 10 poin dari lima laga, berada di posisi kedua, lima poin di belakang Liverpool yang memimpin klasemen.

Tidak ada keraguan bahwa Guardiola akan meminta timnya untuk memperbaiki performa. Dalam pembuatan pola permainan, ia biasanya menekankan pentingnya kontrol bola. Namun, dengan formasi dan taktik yang diadopsi Arsenal, City tampak kesulitan untuk mengeksekusi strategi tersebut. Guardiola dikenal dengan filosofi bermain yang menekankan penguasaan bola sebagai fondasi dari permainan timnya. Ketidakmampuan untuk menguasai bola secara signifikan pada pertandingan ini memicu banyak spekulasi tentang bagaimana City akan beradaptasi dengan situasi di lapangan.

Dengan melihat hasil tersebut, banyak pengamat juga kembali bertanya-tanya tentang kemampuan Guardiola untuk membawa City kembali ke jalur kemenangan di liga domestik. Makin banyaknya tim yang mengadopsi pendekatan pragmatis saat menghadapi City bisa menjadi tantangan tersendiri bagi pelatih asal Spanyol ini.

Perjuangan Manchester City untuk kembali ke performa terbaik akan menjadi fokus dalam beberapa pertandingan mendatang, terutama saat menghadapi tim-tim yang lebih defensif. Guardiola dikenal cerdas dalam mengatasi masalah ini, tetapi akan menarik untuk melihat bagaimana ia mendukung timnya untuk beradaptasi dengan kondisi yang semakin kompetitif di Liga Inggris.

Kedepannya, pertandingan berikutnya akan menjadi momentum penting bagi City untuk merebut kembali kepercayaan diri dan memperbaiki posisi mereka di klasemen. Mereka harus mengembalikan dominasi penguasaan bola yang merupakan ciri khas dari permainan Guardiola, sekaligus menghadapi tantangan dari lawan yang semakin berkembang.

Exit mobile version