Pejabat FIFA Klarifikasi Isu Hoax Terhadap Erick Thohir, Ini Penjelasannya

Direktur Hubungan dan Pengembangan Sepak Bola Profesional FIFA, Ornella Desiree Bellia, memberikan klarifikasi terkait berita hoaks yang menyangkut namanya dan menunjuk Erik Thohir sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga sekaligus Ketua Umum PSSI. Isu ini mencuat setelah sebuah unggahan di media sosial menunjukkan foto Ornella disertai pernyataan yang menyebutkan bahwa FIFA belum memberikan konfirmasi mengenai rangkap jabatan Erik Thohir. Pernyataan tersebut mengklaim bahwa ucapan selamat dari Presiden FIFA, Gianni Infantino, tidak bisa diartikan sebagai persetujuan resmi.

Klarifikasi Ornella, yang disampaikan melalui Instagram Story pada Selasa (23/9), menegaskan bahwa ia tidak pernah membuat pernyataan mengenai rangkap jabatan Erik Thohir. “Saya telah mengetahui adanya foto yang beredar yang secara keliru mengaitkan pernyataan saya dengan posisi Menteri Pemuda dan Olahraga sekaligus Ketua Umum PSSI, Bapak Erick Thohir,” tulis Ornella, menambahkan bahwa informasi yang beredar adalah salah dan hoaks.

Kepala Komite Eksekutif (Exco) PSSI, Arya Sinulingga, juga memberikan perhatian serius terhadap isu hoaks ini. Melalui akun Instagram-nya, ia memperingatkan pihak-pihak yang terlibat dalam penyebaran kabar tidak benar. “Pembuat hoax siap-siap…” ungkap Arya, yang berusaha menegaskan pentingnya akurasi informasi dalam dunia olahraga.

Berita hoaks seperti ini, dalam konteks sepak bola, sangat berbahaya dan dapat merusak reputasi individu atau organisasi. Di zaman media sosial yang sangat cepat, penyebaran informasi yang tidak valid dapat menciptakan kebingungan dan mengganggu stabilitas organisasi yang terlibat. FIFA sebagai badan pengatur sepak bola dunia memiliki tanggung jawab untuk menjaga integritas dan keakuratan informasi yang beredar.

Sikap Ornella dan Arya menunjukkan bahwa mereka berkomitmen untuk menghadapi penyebaran berita palsu dan melindungi nama baik para pejabat. Dalam konteks ini, upaya klarifikasi menjadi krusial untuk membangun kepercayaan publik terhadap keabsahan informasi yang disampaikan. Ornella menambahkan secara tegas, “Saya ingin menegaskan dengan tegas bahwa saya tidak pernah membuat pernyataan tersebut, baik secara pribadi maupun profesional. Foto yang beredar tersebut sepenuhnya salah dan hoaks.”

Problematika informasi ini juga menyentuh tema yang lebih besar mengenai tanggung jawab media sosial dalam menyebarkan berita yang akurat. Pengguna media sosial perlu lebih bijak dalam menanggapi informasi yang beredar, mengingat banyaknya berita yang dapat memengaruhi pemahaman publik. Dalam hal ini, penting bagi platform media sosial untuk memiliki mekanisme yang baik dalam membatasi penyebaran berita hoaks.

Situasi ini juga mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh para pejabat tinggi di bidang olahraga. Mereka perlu tetap berhubungan dengan publik sambil menjaga integritas organisasi dan mengatasi berita yang bisa merugikan citra mereka. Sebuah kesalahan dalam mendapatkan atau menyampaikan informasi dapat berujung pada dampak yang jauh lebih besar, mulai dari huru-hara di media hingga dampak pada kebijakan.

Sebagai tambahan informasi, Erick Thohir sendiri memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan sepak bola Indonesia dan internasional. Sebagai seorang pengusaha yang sukses, dukungannya untuk sepak bola telah membuka banyak peluang, tetapi berita hoaks seperti ini dapat menghambat prospek pelaksanaan program-program positif yang direncanakan.

Menghadapi era di mana berita burung sulit terbendung, baik Ornella maupun Arya memberikan contoh nyata pentingnya transparansi dan komunikasi yang efektif untuk melawan berita bohong. Upaya mereka menunjukkan bahwa olahraga, terutama sepak bola, butuh integritas dan etika yang tetap harus ditegakkan di tengah tantangan era digital yang terus berkembang.

Exit mobile version