Hari Batik Nasional yang jatuh setiap 2 Oktober menjadi ajang perayaan bagi masyarakat Indonesia, termasuk para tokoh publik. Bek Tim Nasional Indonesia, Jordi Amat, ikut meramaikan momen ini dengan membagikan foto mengenakan batik di akun Instagram pribadinya. Unggahan tersebut langsung menarik perhatian warganet dan menggugah rasa cinta terhadap budaya lokal yang semakin meluas.
Jordi Amat mengunggah tiga gaya batik berbeda yang dipilih dari toko online @laskalabatik. Dalam caption yang ditulisnya, ia menyampaikan pesan mendalam: "Batik is like football, it unites us, tells stories, and lives forever. Happy National Batik Day!" Pernyataan ini mencerminkan betapa solidaritas dan cerita yang terkandung dalam batik sama signifikan dengan makna sepak bola bagi masyarakat, memperlihatkan bahwa keduanya merupakan pendorong persatuan.
Tiga Gaya Batik Jordi Amat: Simbol Keragaman
Jordi tampil gagah dengan menggunakan tiga gaya batik yang berbeda, masing-masing membawa makna dan cerita tersendiri.
-
Gaya Kombinasi Kontras
Kemeja cokelat dan hitam tersebut dihiasi motif Grampol, Gurda, dan Bunga Melati. Grampol melambangkan persatuan, Gurda sebagai simbol matahari, sedangkan Bunga Melati merepresentasikan kehidupan yang kuat. Gaya ini menunjukkan kekuatan dan keanggunan dari keragaman budaya yang ada di Indonesia. -
Gaya Minimalis Modern
Kemeja hitam dengan pola geometris kecil berwarna krem ini menyertakan motif Tari Jaipong, Angklung, dan Mega Mendung. Tari Jaipong menggambarkan keceriaan, Angklung melambangkan kerja sama, dan Mega Mendung menunjukkan kesabaran. Gaya ini menambahkan sentuhan modern pada tradisi batik, menunjukkan bahwa batik dapat sejalan dengan perkembangan zaman. - Gaya Klasik Modifikasi
Kemeja hitam bercorak besar menyerupai Batik Parang dan Kawung berwarna merah marun menunjukkan gaya formal yang berwibawa. Batik Parang simbol kekuatan, sementara Kawung melambangkan keharmonisan. Paduan ini menciptakan tampilan yang elegan sekaligus kuat.
Sejarah Hari Batik Nasional
Terdapat latar belakang yang kaya dalam penetapan Hari Batik Nasional. Tanggal 2 Oktober ditetapkan untuk memperingati pengakuan UNESCO terhadap batik Indonesia sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi pada tahun 2009. Upaya pengakuan ini dimulai jauh sebelum itu, termasuk oleh Presiden Soeharto yang mempromosikan batik di level internasional pada tahun 1980-an.
Sejak ditetapkannya Hari Batik Nasional melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, masyarakat diimbau untuk mengenakan batik sebagai bentuk kebanggaan akan warisan budaya bangsa. Fateh ini juga menjadi wadah bagi generasi muda untuk mengenal dan lebih mencintai budaya sendiri.
Kontribusi Jordi Amat
Partisipasi Jordi Amat di Hari Batik Nasional menunjukkan bahwa cinta pada budaya bisa melampaui perbedaan latar belakang. Ia membuktikan bahwa batik bukan hanya milik mereka yang berasal dari Indonesia, tetapi telah menjadi simbol persatuan yang dapat dinikmati oleh semua orang. Ini juga mencerminkan semangat saling menghargai dan berbagi identitas budaya di tengah masyarakat yang beragam.
Berkembangnya apresiasi terhadap batik di kalangan publik figur seperti Jordi Amat adalah contoh positif yang harus ditularkan ke generasi mendatang. Melalui perayaan ini, diharapkan anak-anak muda juga akan lebih mengenal dan menghargai keindahan serta nilai-nilai yang terkandung dalam batik.
Source: www.medcom.id
