Bek Timnas Indonesia, Calvin Verdonk, mengekspresikan kekecewaan yang mendalam setelah timnya gagal melaju ke Piala Dunia 2026. Dalam pernyataan emosionalnya, Verdonk mengakui bahwa kerugian 0-1 melawan Irak memberi dampak yang menyakitkan, memisahkan mereka dari impian berpartisipasi di ajang global tersebut. Dengan hasil ini, Indonesia harus puas finis di peringkat juru kunci Grup B tanpa mengoleksi satu poin pun.
Dalam wawancaranya setelah pertandingan, Verdonk tidak dapat menahan air mata saat menggambarkan rasa sakitnya. “Mimpi sudah berakhir, itu sangat menyakitkan. Saya tidak tahu kata apa yang harus digunakan, tetapi kami telah memberikan segalanya. Sayangnya, itu tidak cukup,” ungkapnya, mencerminkan kekecewaan yang dialami seluruh tim. Cedera leher yang menghalanginya bermain di laga pertama melawan Arab Saudi juga turut menambah rasa frustrasinya. Ia merasa tidak bisa berkontribusi saat rekan-rekannya berjuang di lapangan.
“Ketika saya di lapangan, saya selalu memberikan yang terbaik. Baik dalam keadaan sakit atau tidak, saya ingin membantu tim,” lanjutnya, menambah kedalaman emosional situasinya. Saat berada di tribune pada laga melawan Arab Saudi, ia bahkan menggigit tangannya sendiri karena sangat ingin berpartisipasi.
Calvin Verdonk, yang memiliki latar belakang keturunan Aceh, menegaskan bahwa seluruh tim telah menunjukkan usaha maksimal dalam persiapan untuk menghadapi Irak. Namun, pada akhirnya, semua usaha yang dilakukan tidak berbuah manis seperti yang diharapkan. “Kami telah melakukan segalanya untuk pulih dan bermain melawan Irak, tapi takdir berkata lain,” katanya.
Walaupun kecewa, Verdonk tetap berusaha melihat masa depan dengan optimis. Ia berharap pengejaran yang dihasilkan dari perjuangan ini akan menjadi standar baru bagi tim dalam mempersiapkan diri menuju Piala Asia mendatang. “Saya pikir ini adalah standar yang harus kita bawa ke lapangan untuk ke depannya. Kita harus fokus ke Piala Asia nanti. Tetapi tetap saja, ini sangat menyakitkan,” pungkasnya.
Timnas Indonesia, meskipun gagal ke Piala Dunia 2026, diharapkan bisa belajar dari pengalaman pahit ini untuk meningkatkan performa di kompetisi mendatang. Verdonk dan rekan-rekannya harus berusaha keras mengubah rasa sakit menjadi motivasi untuk meraih sukses di level internasional. Dengan tidak ada poin yang diraih, mereka dicatat sebagai juru kunci grup, tetapi perjalanan mereka tidak boleh berhenti di sini.
Sebagai tambahan, para pemain dan manajemen harus berfokus pada perbaikan strategis dan teknik guna menciptakan tim yang lebih kompetitif. Dengan dukungan dari penggemar, setiap pemain diharapkan bisa melanjutkan perjalanan mereka dan memberikan penampilan terbaik di turnamen yang akan datang.
Calvin Verdonk, bersama tim, melihat ke depan dengan semangat baru. Ketidakberhasilan ini mungkin menjadi pelajaran berharga untuk membangun tim yang lebih solid di masa depan. Seluruh rakyat Indonesia kini berharap agar perjuangan ini tidak sia-sia dan dapat menjadi titik tolak untuk mencapai prestasi yang lebih baik, terutama dalam turnamen Piala Asia yang akan datang.
Source: www.suara.com
