PSSI Didesak Tanggapi Gosip Keluar Jepang dari AFC yang Santer di Indonesia

Sekretaris Jenderal PSSI, Yunus Nusi, berada di bawah tekanan dari negara-negara anggota Asian Football Confederation (AFC) akibat beredarnya isu yang menyebutkan bahwa Jepang dan Korea Selatan berencana keluar dari AFC. Dalam konferensi pers di Jakarta, Yunus menjelaskan bahwa kabar ini tidak hanya mengejutkan PSSI, tetapi juga membuat semua pihak terheran-heran, terutama selama konferensi AFC yang diadakan di Riyadh baru-baru ini.

Rumor mengenai Jepang dan Korea yang akan meninggalkan AFC muncul pertama kali dari sebuah media Irak, UTV. Mereka mengklaim ada gerakan signifikan dari Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) untuk keluar dari konfederasi, yang mengguncangkan dunia sepak bola di Asia, khususnya di Indonesia. Informasi ini menjadi viral dan mengundang berbagai spekulasi serta reaksi dari berbagai media di dalam negeri.

Yunus menegaskan bahwa informasi yang beredar tersebut tidak benar dan sangat merugikan citra PSSI. “Ini kan tidak baik bagi kita, bagi PSSI, karena itu sudah viral banget di kalangan AFC. Media-media Indonesia mengabarkan Jepang dan Korea akan keluar dari AFC dan membentuk konfederasi sendiri bersama negara-negara lain,” jelasnya.

Kekecewaan mendalam yang dirasakan JFA juga menjadi pemicu munculnya rumor ini. Mereka merasa dirugikan oleh keputusan AFC tentang penyelenggaraan pertandingan perempat final hingga final AFC Champions League yang dilaksanakan di Arab Saudi. Hal ini dianggap oleh JFA sebagai ketidakadilan, mengingat didasarkan pada pertimbangan lokasi yang dianggap tidak adil bagi semua tim peserta.

Selama konferensi di Riyadh, Yunus mengungkapkan bahwa beberapa negara anggota AFC langsung mempertanyakan keabsahan berita ini. “Beberapa neagra di AFC tanya ke kita soal bahwa ribut banget Jepang dan Korea akan keluar dari AFC,” ungkapnya, menambahkan bahwa ini menunjukkan seberapa besar dampak berita tersebut terhadap citra sepak bola Indonesia di kancah internasional.

Isu ini dipandang serius sebagai ancaman bagi reputasi PSSI dan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Dengan begitu banyak negara yang terlibat dan bereaksi terhadap informasi yang salah, Yunus meminta agar media lebih berhati-hati dalam menyebarkan berita, terutama yang berpotensi menyesatkan. “Tolong diperhatikan karena ini tidak akan baik buat kita,” tegasnya, menandakan pentingnya menjaga komunikasi yang jelas dan akurat.

PSSI, sebagai badan yang mengurus sepak bola di Indonesia, tentu memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi yang tepat kepada publik. Dalam situasi yang penuh tantangan ini, Yunus berharap media dapat berkontribusi positif dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sepak bola di Indonesia, bukan sebaliknya.

Selain isu ini, PSSI juga mengingatkan semua pihak bahwa anggapan mengenai niat Jepang dan Korea untuk hengkang dari AFC bisa berdampak luas, tidak hanya terhadap persepsi publik, tetapi juga terhadap hubungan diplomatik di lingkungan olahraga. “Irak pun tidak ada menyampaikan ingin keluar dari AFC, itu kan hanya pernyataan media,” kata Yunus, menekankan pentingnya menyaring informasi yang beredar dalam masyarakat.

Situasi ini menjadi pengingat bagi semua elemen dalam dunia sepak bola untuk lebih tanggap dan kolaboratif dalam menghadapi potensi penyebaran informasi yang salah. Dengan menciptakan dialog yang sehat dan berbasis fakta, PSSI berharap dapat menghindari kerugian reputasi yang lebih besar bagi sepak bola Indonesia dan Asia secara keseluruhan.

Dalam menghadapi tantangan ini, PSSI berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan AFC dan negara-negara anggota lainnya untuk memastikan bahwa sepak bola di Asia tetap berada dalam jalur yang positif dan konstruktif.

Source: www.suara.com

Exit mobile version