Kondisi Liverpool saat ini semakin mengkhawatirkan, mirip dengan situasi yang mereka alami 72 tahun lalu saat terdegradasi dari kasta tertinggi sepak bola Inggris. Dalam musim 2025/2026, Liverpool, di bawah asuhan Arne Slot, mengalami serangkaian kekalahan beruntun. Dari tujuh pertandingan yang dilalui, hanya satu kemenangan yang berhasil diraih. Dalam kompetisi Liga Inggris, mereka telah menelan empat kekalahan beruntun, dan kini terdampar di urutan ketujuh klasemen dengan 15 poin.
Sejak akhir September 2025, performa Liverpool kian memburuk. Kekalahan pertama dalam rentetan tersebut terjadi ketika menghadapi Crystal Palace pada 27 September, diikuti dengan kekalahan melawan Chelsea, Manchester United, dan Brentford. Catatan yang menyedihkan ini menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kemampuan tim untuk bangkit. Rincian kekalahan di Liga Inggris adalah sebagai berikut:
- Liverpool vs Crystal Palace: 1-2 (27/09)
- Chelsea vs Liverpool: 2-1 (04/10)
- Liverpool vs Manchester United: 1-2 (19/10)
- Brentford vs Liverpool: 3-2 (26/10)
Kekalahan demi kekalahan ini membuat Liverpool semakin tertekan, terutama menjelang laga selanjutnya melawan Aston Villa pada 2 November. Aston Villa sedang dalam performa puncak, dengan empat kemenangan berturut-turut, termasuk kemenangan mengesankan atas Manchester City. Jika Liverpool gagal memanfaatkan keuntungan bermain di kandang, bisa jadi mereka akan mencatatkan kekalahan kelima beruntun. Ini adalah momen krisis yang mengingatkan pada musim 1953/1954 ketika Liverpool terdegradasi setelah menderita 23 kekalahan dari 42 pertandingan.
Saat itu, Liverpool berada di zona degradasi dengan hanya sembilan kemenangan yang diraih. Lima kekalahan beruntun pada musim tersebut menjadi sinyal bahaya yang nyata. Para penggemar The Reds tentu berharap sejarah tidak terulang, tetapi saat ini, sinyal-sinyal krisis sudah terlihat jelas. Keberadaan pelatih Arne Slot, yang diharapkan dapat mengubah situasi, tampaknya belum memberikan dampak signifikan.
Investasi yang Gagal Berbuah Manis
Liverpool telah berinvestasi besar-besaran di bursa transfer dengan mendatangkan pemain-pemain mahal, namun hasil yang diharapkan belum kunjung tiba. Pertanyaan tentang strategi dan formasi yang diterapkan oleh Arne Slot pun muncul. Analis sepak bola mulai mempertanyakan apakah skuad yang ada cukup mampu bersaing di level atas, atau hanya mengandalkan nama besar dari masing-masing pemain.
Beberapa pengamat menyoroti bahwa meski pemilik klub telah melakukan investasi yang cukup signifikan, sinergi di dalam tim menjadi faktor kunci yang hilang. Kualitas individu pemain tidak cukup jika tidak ditunjang kerja sama tim yang solid. Dengan performa yang semakin merosot, evaluasi besar-besaran hanya menjadi pilihan yang wajar bagi tim. Dengan kekalahan yang beruntun, mentalitas dan kepercayaan diri para pemain dipertaruhkan.
Sekarang, dengan Aston Villa sebagai lawan berikutnya, pertandingan tersebut tidak hanya penting untuk tiga poin, tetapi juga untuk menjaga moral dan kepercayaan diri tim. Jika Liverpool kembali kalah, ancaman sejarah terulang tidak bisa diabaikan.
Penggemar di seluruh dunia mengamati setiap langkah yang diambil oleh tim, menunggu momen kebangkitan yang mungkin bisa kembali menghidupkan harapan. Ketidakpastian situasi ini membuat semua orang bertanya: apakah Liverpool mampu bangkit dari keterpurukan ini, atau akan mengulangi kesalahan yang sama seperti yang terjadi pada masa lalu?
Source: www.medcom.id
