Mobil Hybrid Dinilai Paling Cocok di Indonesia 25 Tahun ke Depan: Ini Alasannya

Mantan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan menegaskan bahwa mobil hybrid, khususnya Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV), merupakan pilihan kendaraan yang paling sesuai untuk Indonesia. Pandangannya ini berlandaskan studi yang dilakukan mengenai transisi kendaraan elektrifikasi dan akan valid hingga 25 tahun ke depan, yakni sampai tahun 2050.

Jonan menjelaskan bahwa peralihan ke mobil listrik sepenuhnya masih menghadapi sejumlah tantangan. Masyarakat Indonesia hingga kini masih ragu untuk beralih ke kendaraan listrik. Salah satu kekhawatiran utama adalah jarak tempuh yang dapat dicapai serta waktu yang dibutuhkan untuk mengisi daya. Masalah ini menjadi penghambat utama dalam transisi ke mobil listrik di Tanah Air.

"Dari pengalaman saya, membangun stasiun pengisian yang setara dengan jumlah SPBU saat ini adalah tantangan besar," ungkap Jonan dalam acara Gaikindo International Automotive Conference (GIAC) di ICE BSD City, Tangerang. Ia menekankan bahwa tidak hanya diperlukan investasi besar, tetapi juga waktu yang lama untuk menyebarkan infrastruktur stasiun pengisian listrik di seluruh Indonesia.

Tantangan Infrastruktur

Di Indonesia, meski jumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) terus meningkat, masih ada wilayah yang terisolasi tanpa akses yang memadai. Jonan mencatat pengalaman ketika menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, di mana ia menemukan banyak lokasi yang belum memiliki SPBU. Hal ini menunjukkan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pemerataan infrastruktur SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) akan cukup lama.

Dalam konteks ini, PHEV menawarkan solusi sekaligus kompromi. Kendaraan ini dapat beroperasi dengan menggunakan bahan bakar minyak maupun listrik. Dengan kata lain, pengguna dapat mengandalkan mesin bensin ketika berada di daerah yang tidak memiliki akses terhadap pengisian daya listrik. Pronasi ini menjadikan mobil hybrid lebih praktis bagi konsumen.

Dukungan Kebijakan

Pemerintah berperan penting dalam mempercepat adopsi kendaraan hybrid ini. Upaya untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi dapat memperkuat posisi mobil hybrid di pasar Indonesia. Menurut Jonan, kebijakan ini perlu didorong melalui berbagai insentif bagi produsen dan konsumen, agar lebih banyak orang tertarik untuk membeli kendaraan ramah lingkungan.

Pengaruh Terhadap Ekonomi

Pertumbuhan pasar mobil hybrid juga diharapkan dapat menguntungkan ekonomi lokal. Dengan semakin banyaknya kendaraan hybrid yang beredar, permintaan akan listrik sebagai sumber daya dapat meningkat. Ini akan mendorong perkembangan sektor energi terbarukan yang berkelanjutan.

"Kendaraan PHEV dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil dan meningkatkan penggunaan energi bersih,” kata Jonan. Dengan demikian, mobil hybrid tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

Persepsi Masyarakat

Meskipun banyak manfaat yang ditawarkan, pemahaman masyarakat tentang mobil hybrid masih tergolong rendah. Edukasi yang tepat menjadi kunci dalam mengubah persepsi ini. Berbagai kementerian, lembaga, dan sektor swasta perlu bersinergi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keuntungan mobil hybrid.

Program kampanye informasi, seminar, serta pameran otomotif yang menonjolkan mobil hybrid dapat menjadi langkah awal untuk menggugah minat masyarakat. Dalam beberapa tahun ke depan, jika inisiatif ini berhasil, Jonan percaya bahwa penggunaan mobil hybrid akan meningkat pesat di Indonesia.

Dalam pandangan masa depan, mobil hybrid tampak menjadi solusi ideal yang menjembatani antara kebutuhan keamanan energi dan keinginan akan kendaraan ramah lingkungan. Keberlanjutan teknologi dan infrastruktur akan menentukan seberapa cepat adopsi mobil listrik dapat dilakukan di Indonesia.

Exit mobile version