Para ilmuwan terkemuka di bidang sains, teknologi, dan medis memprediksi bahwa manusia bisa mencapai usia panjang hingga 1.000 tahun mulai tahun 2050. Kemajuan ini diprediksi terjadi berkat integrasi kecerdasan buatan (AI), komputasi awan, dan robotika, yang secara signifikan memperpanjang harapan hidup alami, bahkan hingga sepuluh kali lipat dibandingkan saat ini.
Singularitas AI dan Transformasi Manusia-Mesin
Ray Kurzweil, seorang futuris dan ilmuwan komputer, memperkirakan bahwa pada tahun 2029 AI akan mengalami singularitas, yakni saat kecerdasan mesin melampaui kecerdasan manusia secara signifikan. Ia menambahkan bahwa pada tahun 2045 akan terjadi penggabungan antara manusia dan mesin melalui teknologi canggih seperti antarmuka otak-komputer, nanobot yang disuntik secara non-invasif ke dalam tubuh, serta kesadaran yang berbasis cloud. Kurzweil menegaskan, inovasi-inovasi ini tidak hanya akan memungkinkan "keabadian pikiran," tetapi juga melahirkan kecerdasan manusia kolektif yang jutaan kali lebih kuat dari sebelumnya.
Pandangan Para Pemikir dan Pengusaha Teknologi
Selain itu, Marc Andreessen, salah satu pelopor internet dari era awal Netscape, meyakini bahwa kemajuan teknologi adalah kunci utama kemajuan peradaban manusia. Dalam blognya yang bertajuk "Manifesto Tekno-Optimis" (2023), Andreessen menulis bahwa teknologi merupakan manifestasi dari ambisi dan pencapaian manusia, serta menjadi ujung tombak kemajuan sosial dan ekonomi. Ia sangat optimistis bahwa teknologi akan membuka peluang baru yang sebelumnya tak terbayangkan.
Namun, sejumlah peneliti menyoroti bahwa solusi atas permasalahan besar seperti kemiskinan tidak akan sepenuhnya bergantung pada teknologi semata. Mereka mengingatkan potensi dampak negatif yang mungkin muncul terkait politik, ekonomi, dan lingkungan sebagai konsekuensi dari dominasi teknologi, yang bisa mengutamakan kelompok tertentu dengan sumber daya melimpah dan memperlebar kesenjangan sosial.
Kemungkinan Hanya untuk Segelintir Orang Awal
Futuris Inggris, Ian Pearson, menyatakan bahwa pada awalnya hanya kalangan sangat kaya yang mampu menikmati manfaat teknologi yang dapat memperpanjang usia hingga ribuan tahun. Pearson memprediksi, pada tahun 2050, beberapa individu bisa hidup hingga usia 1.000 tahun melalui kombinasi rekayasa genetika, robotika, dan kesadaran yang diunggah secara digital ke ruang maya atau bahkan ke tubuh buatan.
Menurut Pearson, kemajuan dalam pengobatan penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung akan semakin pesat. Begitu pula teknologi yang mampu membalikkan kerusakan sel tubuh akan mengurangi kematian sel dan menghambat proses penuaan. Meskipun awalnya hanya dinikmati kalangan elit, teknologi ini diperkirakan akan menyebar secara bertahap ke kelas menengah.
Penuaan Sebagai Kondisi yang Bisa Diobati
Sementara itu, Aubrey de Grey, ahli gerontologi biomedis dan futuris, menegaskan bahwa penuaan suatu saat bisa disembuhkan secara medis. Pada 2050, penuaan tidak lagi dipandang sebagai proses alami yang tak terhindarkan, melainkan sebuah kondisi medis yang dapat diatasi. De Grey juga menyoroti tantangan psikologis yang mungkin muncul, seperti bagaimana otak manusia akan beradaptasi dengan rentang hidup yang jauh lebih panjang.
Ia mencontohkan bahwa generasi muda saat ini yang berada di usia remaja dan dua puluan mungkin akan tumbuh tanpa rasa takut terhadap kematian dalam waktu dekat, sehingga sikap dan nilai hidup mereka bisa berubah secara fundamental.
Dampak Sosial dan Etika dari Umur Panjang
Perpanjangan usia ekstrem tentu membawa implikasi sosial dan etika yang kompleks. Pertanyaan tentang akses ke teknologi ini, distribusi sumber daya, dan perubahan struktur sosial menjadi isu yang harus diantisipasi sejak dini. Seiring kemajuan teknologi menaikkan harapan hidup, regulasi dan kebijakan publik perlu dirancang agar manfaatnya dapat dinikmati secara merata dan tidak memperparah ketimpangan.
Beberapa ahli juga mendorong penelitian terkait dampak psikologis dan sosial dari hidup sangat lama, termasuk bagaimana identitas dan tujuan hidup akan mengalami transformasi.
Proyeksi dan Tantangan ke Depan
Kemungkinan hidup hingga 1.000 tahun adalah bagian dari visi masa depan yang didorong oleh kemajuan luar biasa di bidang AI, robotika, dan bioteknologi. Namun, realisasi teknologi ini masih memerlukan rintangan ilmiah dan etis yang harus diatasi. Penelitian intensif dan kolaborasi global menjadi kunci untuk mewujudkan masa depan di mana umur panjang yang ekstrem bukan lagi mimpi, tetapi sebuah kenyataan.
Teknologi yang kini berkembang pesat memberikan harapan revolusioner bagi kesehatan manusia, sekaligus menuntut kesiapan sosial dan pemerintahan dalam mengelola dampak jangka panjangnya. Pergeseran dramatis dalam cara manusia menjalani kehidupan mungkin akan segera terjadi dalam beberapa dekade mendatang, membawa era baru dalam sejarah peradaban manusia.
