Ilmuwan komputer terkemuka, Geoffrey Hinton, yang dianggap sebagai Bapak AI, baru-baru ini memberikan suatu peringatan bagi generasi muda mengenai ancaman yang dibawa oleh kecerdasan buatan (AI) terhadap dunia kerja. Dalam wawancara yang dipublikasikan oleh NBC, Hinton menyatakan, "Berlatihlah jadi tukang ledeng," menekankan bahwa pekerjaan manual memiliki risiko yang lebih rendah untuk digantikan oleh teknologi.
Pekerjaan Manual dan Keamanan Jangka Panjang
Hinton menggarisbawahi bahwa profesi-profeisi yang melibatkan keterampilan manual seperti tukang ledeng, tukang atap, dan operator kereta api, cenderung lebih aman dari ancaman AI. Ia menjelaskan bahwa meskipun pekerjaan-pekerjaan ini sering kali dipandang sebagai profesi yang kurang bergengsi, mereka menawarkan keamanan jangka panjang bagi individu yang mampu melakukan tugas-tugas yang tidak dapat dilakukan oleh mesin.
"Risiko bagi tukang ledeng sangat kecil jika dibandingkan dengan asisten hukum atau paralegal yang bisa segera digantikan oleh AI," tambahnya. Monitoring terhadap pekerjaan yang terancam AI menunjukkan bahwa peran seperti penerjemah, sejarawan, dan perwakilan layanan pelanggan berada di puncak daftar pekerjaan berisiko tinggi.
Survei Terhadap Generasi Z
Sebuah survei dari platform Resume Builder menunjukkan bahwa banyak anggota Generasi Z, terutama yang baru lulus, sudah mempertimbangkan untuk bekerja di sektor kerah biru. Dari lebih dari 1.400 responden, ditemukan bahwa 42% mencari atau sudah terlibat dalam pekerjaan manual untuk menghindari utang pendidikan dan mengurangi risiko diganti oleh AI.
Dengan semakin banyaknya inovasi dalam bidang AI, Goldman Sachs memperkirakan bahwa hingga 6-7% tenaga kerja di Amerika Serikat mungkin tergantikan jika teknologi tersebut diadopsi secara luas. Hal ini menambah urgensi bagi generasi muda untuk mempertimbangkan pilihan karier yang lebih stabil dan aman.
Masa Depan Pekerjaan dan AI
Namun, penting untuk diingat bahwa meski pekerjaan manual tampak lebih aman saat ini, hal itu tidak menghilangkan kemungkinan bahwa robotika pada akhirnya bisa menggantikan pekerjaan tingkat pemula. Andrew Reece, kepala ilmuwan AI di BetterUP, menyatakan bahwa transformasi akan terjadi, tetapi masih memerlukan waktu sebelum teknologi bisa menggantikan pekerjaan yang lebih kompleks.
Sementara itu, Hinton dan kolega lainnya menekankan bahwa kekosongan pekerjaan dalam sektor yang terpengaruh AI mungkin akan mulai terasa dalam waktu dekat. Proyek terkait otomasi dan robotika mungkin mendatangkan perubahan signifikan, namun saat ini, AI masih terganjal oleh keterbatasan dalam memproses dan memahami konteks dunia nyata.
Ketrampilan yang Harus Dikuasai
Dari wawancara dan data yang ada, adalah jelas bahwa generasi muda perlu mempertimbangkan kembali pilihan karier mereka. Memiliki keterampilan praktis seperti tukang ledeng atau tukang atap bukan hanya dapat menjamin kestabilan ekonomi, tetapi juga dapat memberikan rasa kepuasan tersendiri. Selain itu, keterampilan manual tidak tergantikan oleh mesin dalam waktu dekat, membuatnya menjadi pilihan yang cerdas dalam menghadapi era AI.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang risiko yang ada, generasi muda diharapkan bisa membuat keputusan bijak dalam pengembangan karier mereka. Menghadapi masa depan yang tidak pasti, penting bagi mereka untuk mempertimbangkan berlatih dalam bidang yang menawarkan ketahanan dan tanggung jawab, seperti profesi kerah biru.
Hinton’s message is a call to action for young generations to think critically about their career paths. With the rising tide of AI’s influence on the job market, it becomes increasingly vital for them to align their skills and career choices with sectors that are less prone to automation.
