Pembangunan infrastruktur kabel bawah laut Indonesia Cable Express (ICE) yang digagas oleh Telkom menjadi langkah strategis untuk mengangkat Indonesia sebagai hub digital utama di kawasan Indo-Pasifik. Dalam acara Bali Annual Telkom International Conference (BATIC) 2025 yang diadakan di Nusa Dua, Bali, Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini, menegaskan bahwa proyek ini tidak sekadar memperkuat konektivitas nasional, tetapi juga membuka peluang ekonomi digital lintas benua.
Transformasi Indonesia Jadi Pusat Digital Internasional
ICE menghadirkan tujuh jalur kabel utama yang menghubungkan Indonesia dengan sejumlah wilayah penting dunia, termasuk Asia, Timur Tengah, Eropa, Australia, hingga Amerika Utara. Dengan jaringan kabel ini, Indonesia bergerak dari sekadar pasar konektivitas menjadi pusat digital yang menggabungkan teknologi mutakhir dan ekosistem bisnis digital lintas negara. Dian Siswarini menyatakan, “ICE dirancang untuk membuka peluang ekonomi digital lintas benua dengan keandalan konektivitas yang sangat tinggi.”
Sejauh ini, Telkom telah mengoperasikan jaringan kabel bawah laut sepanjang 306.376 km yang terintegrasi dengan 27 sistem kabel lainnya. Infrastruktur tersebut menghubungkan Indonesia ke pusat-pusat ekonomi global seperti Singapura, Hong Kong, Eropa, dan Amerika Serikat. Ditambah dengan jaringan serat optik sepanjang lebih dari 112 ribu km dan ratusan ribu BTS serta menara telekomunikasi, konektivitas digital di Indonesia semakin kokoh dan andal.
Antisipasi Lonjakan Permintaan Data oleh Teknologi Baru
CEO Telin, Budi Satria, menilai bahwa lonjakan permintaan kapasitas data di Asia Tenggara semakin masif, terutama didorong oleh kemajuan teknologi seperti artificial intelligence (AI). Permintaan pusat data di Indonesia, Malaysia, dan Thailand diperkirakan tumbuh lebih dari 35 persen dalam lima tahun ke depan. “Dulu pelanggan hanya membutuhkan ratusan gigabit, sekarang para pemain AI meminta kapasitas dalam skala terabit,” jelas Budi.
Rute strategis dan kapasitas besar ICE diharapkan mampu mengantisipasi lonjakan trafik data yang terus meningkat pesat ini. Namun, dibutuhkan kolaborasi luas antaroperator dan pemangku kepentingan agar pembangunan infrastruktur ini dapat berjalan efektif dan efisien. Budi mengusulkan sistem interoperabilitas kabel laut yang mirip dengan industri penerbangan, di mana pelanggan bisa memilih jalur kabel dengan transparansi soal biaya, kapasitas, dan latensi.
Konektivitas Cerdas untuk Masa Depan Digital Indonesia
Dian Siswarini menekankan, konektivitas masa depan harus lebih dari sekadar kecepatan internet. Infrastruktur digital harus cerdas, inklusif, adaptif, serta mendukung otomatisasi berbasis data untuk menghasilkan efisiensi dan keberlanjutan. Hal ini penting mengingat transformasi teknologi AI, cloud computing, IoT, dan otomatisasi digital memerlukan tulang punggung infrastruktur yang tangguh. “Telkom memandang konektivitas sebagai urat nadi ekonomi digital, yang harus mampu menjawab tantangan dan peluang revolusi teknologi berikutnya,” ujarnya.
Telkom saat ini melayani lebih dari 150 juta pengguna seluler dan 10 juta pelanggan fixed broadband di Indonesia, serta menyediakan konektivitas bagi pemerintah, BUMN, swasta, dan UMKM. Infrastruktur yang dimiliki Telkom didukung dengan 35 pusat data dan 3 satelit yang terus mendukung kestabilan konektivitas nasional.
BATIC 2025: Platform Kolaborasi dan Inovasi Digital
BATIC 2025, yang berlangsung tanggal 26–29 Agustus di Bali, menjadi ajang penting bagi para pelaku industri telekomunikasi, teknologi, pembuat kebijakan, dan investor global. Dengan tema “Igniting Tomorrow’s Digital Evolution,” konferensi ini mendorong kolaborasi dan inovasi di era konektivitas cerdas melalui diskusi mengenai teknologi terbaru dan pengembangan infrastruktur strategis seperti ICE. Acara ini sekaligus menjadi tonggak satu dekade transformasi digital yang dipelopori oleh Telkom.
Upaya Telkom membangun ICE dan memperkuat jaringan digital nasional tidak hanya mendukung konektivitas yang merata dan andal, tetapi juga menegaskan posisi Indonesia sebagai titik sentral ekonomi digital global yang terhubung dengan berbagai benua. Langkah ini akan terus mendorong pertumbuhan ekosistem digital di Indonesia sekaligus memperkuat integrasi ekonomi digital di tingkat regional dan internasional.
