Transaksi belanja online di platform seperti Tokopedia kini menghadapi ancaman yang serius dengan munculnya modus phishing yang baru. Penjahat siber memanfaatkan celah kepercayaan antara penjual dan pembeli untuk melakukan penipuan. Menurut pengamat keamanan siber, Alfons Tanujaya dari Vaksin.com, tindakan ini melibatkan akun penjual yang sudah lama beroperasi, sehingga sulit terdeteksi oleh korbannya.
Ketika seorang pembeli melakukan transaksi, mereka seringkali menerima pesan dari nomor yang tidak dikenal melalui WhatsApp. Pesan tersebut tampaknya berasal dari pengirim yang menyamar sebagai kurir dari perusahaan pengiriman ternama. Dalam pesan tersebut, oknum ini mengaku mengalami masalah dalam proses pengantaran, yang memaksa pembeli untuk melakukan tindakan tertentu.
Dengan dalih pengalihan jasa kurir, penipu meminta korban membuka tautan yang dikirimkan melalui pesan. Tautan ini tidak mengarah ke situs resmi Tokopedia, melainkan ke halaman palsu yang dirancang menyerupai platform e-commerce tersebut. Alfons menekankan bahwa dalam proses ini, korban akan diminta untuk memasukkan data sensitif mereka, seperti nama pengguna, kata sandi, dan kode OTP yang dikirimkan ke ponsel mereka.
Setelah data tersebut jatuh ke tangan penipu, mereka akan mendapatkan akses penuh ke akun korban. Kejahatan tidak berhenti di situ; akun yang berhasil dibajak dapat digunakan oleh penipu untuk menjerat korban baru. Reputasi dan riwayat transaksi akun yang diambil alih akan dimanfaatkan untuk menjaring calon korban lainnya, menciptakan siklus penipuan yang sulit untuk diputus.
Untuk lebih memahami bagaimana modus ini bekerja, berikut adalah langkah-langkah yang biasanya diambil oleh penipu:
- Kontak Awal: Penipu menghubungi korban setelah transaksi melalui WhatsApp dan menyamar sebagai kurir.
- Dalih Pengalihan: Penipu mengklaim ada masalah dengan pengiriman dan meminta pembeli mengganti jasa kurir.
- Situs Pancingan: Korban diarahkan ke situs phishing yang mirip dengan Tokopedia.
- Pencurian Data: Korban diminta untuk memasukkan informasi login mereka yang kemudian dieksploitasi oleh penipu.
Alfons menekankan pentingnya kewaspadaan di tengah kemudahan belanja online. Situasi ini adalah pengingat bahwa pelaku kejahatan siber akan selalu berinovasi dalam modus operandi mereka, dan satu pesan WhatsApp yang tampak sepele bisa berujung pada hilangnya akun dan kerugian finansial yang signifikan.
Pengguna diimbau untuk lebih berhati-hati dan tidak sembarangan dalam memberikan informasi pribadi, bahkan saat komunikasi datang dari nomor yang tampaknya terpercaya. Selain itu, edukasi mengenai keamanan siber perlu ditingkatkan agar lebih banyak orang memahami teknik-teknik yang digunakan oleh penipu.
Tokopedia sendiri telah mengeluarkan peringatan kepada penggunanya untuk mengenali tanda-tanda penipuan. Perlindungan melalui fitur keamanan tambahan dan edukasi bagi pengguna menjadi sangat penting dalam memerangi kejahatan siber yang terus berkembang.
Dengan meningkatnya ketergantungan pada platform jual beli online, kewaspadaan dan edukasi menjadi faktor kunci untuk mencegah kerugian yang disebabkan oleh tindakan phishing. Penipuan ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga dapat mengganggu kepercayaan publik terhadap platform e-commerce yang semakin populer di Indonesia.
