Gedung Putih Harap Kesepakatan TikTok Selesai Segera untuk Keamanan Data

Gedung Putih mengumumkan bahwa kesepakatan mengenai operasi TikTok di Amerika Serikat diperkirakan akan ditandatangani dalam waktu dekat. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyatakan bahwa semua detail mengenai masa depan aplikasi tersebut telah berhasil disepakati. Dalam pernyataan kepada media, Leavitt menjelaskan bahwa kesepakatan ini mengharuskan mayoritas saham TikTok dipegang oleh warga Amerika Serikat.

Sebanyak enam dari tujuh kursi dewan direksi dari anak perusahaan TikTok di AS akan dikendalikan oleh individu-individu yang berasal dari AS. Hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh Tiongkok yang saat ini menjadi pemilik induk TikTok, ByteDance. Data privasi dan algoritma TikTok akan ditangani oleh perusahaan teknologi besar dari Amerika, yakni Oracle, yang akan memainkan peran krusial dalam mengelola informasi sensitif pengguna.

Dengan sekitar 170 juta pengguna di AS, TikTok telah menghadapi banyak ketidakpastian terkait operasionalnya akibat kekhawatiran akan akses data pribadi oleh pemerintah Tiongkok. Pejabat AS berulang kali mengutarakan kekhawatiran bahwa aplikasi ini bisa digunakan untuk memengaruhi politik dan mendapatkan data pribadi secara ilegal. Namun, TikTok dan ByteDance membantah semua tuduhan tersebut, menegaskan keamanan dan privasi data pengguna.

Menurut laporan, investor di AS diperkirakan akan menggenggam 80% saham di anak perusahaan baru TikTok di AS, sedangkan 20% lainnya akan dimiliki oleh pemegang saham dari Tiongkok. Ini merupakan langkah penting untuk mengurangi pengaruh Beijing terhadap TikTok dan memberikan rasa aman bagi pengguna di AS.

Sementara itu, deadline penjualan atau penutupan operasi TikTok oleh ByteDance sudah ditetapkan pada tanggal 19 Januari yang akan datang. Hal ini merujuk pada undang-undang yang disahkan tahun lalu yang mengatur keberadaan aplikasi tersebut di pasar AS. Meskipun mantan Presiden Donald Trump sempat memperpanjang tenggat waktu penerapan aturan ini, langkah tersebut telah menuai berbagai kritik karena dianggap tidak memiliki dasar hukum yang kuat.

Perusahaan-perusahaan investasi AS yang terlibat dalam kesepakatan ini termasuk Oracle, yang dimiliki oleh Larry Ellison, seorang pendukung Trump, serta perusahaan investasi Silver Lake dan Andreessen Horowitz. Keterlibatan mereka menunjukkan bahwa kesepakatan ini tidak hanya berdampak pada TikTok, tetapi juga dapat mempengaruhi dinamika pasar dan hubungan internasional antara AS dan Tiongkok.

Leavitt menekankan bahwa kesepakatan ini merupakan langkah positif untuk melindungi pengguna TikTok di AS dan meyakini akan adanya pelaksanaan kesepakatan tersebut dalam waktu singkat. “Semua hal telah disepakati, sekarang hanya tinggal menunggu tanda tangan perjanjian,” papar Leavitt.

Proses panjang yang dihadapi TikTok selama beberapa bulan terakhir menunjukkan betapa kompleksnya isu privasi dan pengaruh politik dalam dunia digital saat ini. Masyarakat di AS, dengan populasi pengguna yang cukup besar, terus mengamati dengan cermat langkah-langkah yang diambil pemerintah mengenai aplikasi yang telah menjadi fenomena global ini.

Menjelang penandatanganan kesepakatan yang diharapkan segera terealisasi, banyak pihak mulai menilai dampak jangka panjang yang mungkin timbul. Kesepakatan ini bisa menjadi contoh bagi perusahaan teknologi lain yang beroperasi di luar negeri untuk menemukan jalan tengah dalam mewujudkan kepatuhan terhadap regulasi lokal sambil tetap menjaga keberlanjutan bisnisnya.

Dengan semua perhatian yang tertuju pada TikTok, langkah-langkah selanjutnya dari Gedung Putih akan sangat berpengaruh pada kebijakan teknologi dan privasi di masa mendatang.

Exit mobile version