Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan Presiden China, Xi Jinping, terkait izin operasional aplikasi TikTok di AS. Dalam kesepakatan ini, pihak Amerika Serikat mendapatkan kontrol penuh atas algoritma TikTok, yang sebelumnya dioperasikan oleh perusahaan induk asal China, ByteDance. Kesepakatan tersebut diharapkan dapat ditandatangani dalam waktu dekat, meskipun saat ini belum ada tanggapan resmi dari pemerintah China.
Sekretaris Pers Karoline Leavitt mengungkapkan bahwa proses penandatanganan kesepakatan ini diperkirakan berlangsung dalam beberapa hari ke depan. Namun, kementerian perdagangan China belum memberikan klarifikasi mengenai klaim pihak AS tentang kesepakatan tersebut. Pada saat yang sama, mereka menyampaikan bahwa pemerintah China menghormati keinginan perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk berdiskusi sesuai dengan peraturan yang ada.
Negosiasi mengenai TikTok telah menjadi isu panas antara AS dan China, terutama terkait dengan keamanan data pengguna. Pemerintah AS menganggap bahwa kepemilikan aplikasi ini oleh perusahaan China dapat mengancam keamanan nasional, sehingga mereka telah menekan TikTok untuk menjual operasionalnya di AS. Trump sebelumnya sempat mengancam akan melarang TikTok jika belum ada kesepakatan yang dicapai, namun ia telah menunda pelaksanaan larangan itu sebanyak empat kali sejak Januari 2020 dan kini memperpanjang batas waktu hingga bulan Desember.
Dalam pengumuman terbarunya, Leavitt menyatakan bahwa raksasa teknologi Oracle, yang dipimpin oleh Larry Ellison, akan bertanggung jawab atas pengelolaan data dan privasi pengguna TikTok di AS. Oracle, yang dikenal sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar, dianggap memiliki kapasitas untuk menangani isu privasi ini. Ellison sendiri merupakan salah satu orang terkaya di dunia dan memiliki hubungan dekat dengan Trump.
Pernyataan Kementerian Perdagangan China menunjukkan bahwa mereka tetap berharap mencapai solusi komersial yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dengan adanya klaim oleh Trump, menjadi perhatian banyak pihak untuk melihat bagaimana perkembangan selanjutnya akan berlangsung di tingkat diplomasi dan bisnis antara kedua negara.
Dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, banyak analis dan pengamat melihat kesepakatan ini sebagai langkah yang strategis bagi Trump di tengah ketegangan politik dan perdagangan AS-China yang terus membara. Sementara itu, TikTok, yang merupakan platform populer di kalangan anak muda, terus mendapatkan perhatian dari pengguna di seluruh dunia, menimbulkan pertanyaan tentang masa depannya di pasar Amerika.
Melihat dinamika ini, publik menarik perhatian pada bagaimana kedua pemerintahan akan menyeimbangkan kepentingan keamanan nasional dengan kebutuhan bisnis dan inovasi teknologi. Sementara itu, pengguna TikTok di AS tetap berharap agar aplikasi favorit mereka tidak terpengaruh oleh perubahan kebijakan yang berpotensi mengganggu penggunaan platform tersebut.
Dalam konteks yang lebih luas, kesepakatan ini mungkin akan memberikan gambaran tentang bagaimana perusahaan teknologi asing dihadapkan dengan kebijakan keamanan yang ketat di negara-negara maju. Dengan demikian, perkembangan ini tidak hanya penting bagi TikTok, tetapi juga untuk industri teknologi global secara keseluruhan.
Terlepas dari status kesepakatan ini, semua mata kini tertuju pada langkah-langkah berikutnya yang akan diambil oleh kedua belah pihak, serta dampaknya terhadap hubungan bilateral yang lebih luas di masa depan.
