Perusahaan teknologi asal Amerika, Apple, tengah menghadapi gugatan serius di Pengadilan California. Gugatan ini dilayangkan oleh dua profesor ahli saraf, Susana Martinez-Conde dan Stephen Macknik, yang menuduh Apple menggunakan ribuan buku bajakan untuk melatih sistem kecerdasan buatan mereka, Apple Intelligence. Kasus ini mencuat setelah Apple secara resmi meluncurkan Apple Intelligence, yang menghasilkan nilai keuntungan lebih dari USD 200 miliar dalam satu hari, menjadikannya sebagai “hari paling menguntungkan dalam sejarah perusahaan.”
Para penggugat menyatakan bahwa Apple telah mengembangkan model AI mereka dengan menggunakan “perpustakaan bayangan” yang berisi materi berhak cipta tanpa izin. Di antara buku-buku yang dituduhkan sebagai bajakan adalah karya-karya Martinez-Conde dan Macknik, yang berjudul “Champions of Illusion: The Science Behind Mind-Boggling Images and Mystifying Brain Puzzles” dan “Sleights of Mind: What the Neuroscience of Magic Reveals About Our Everyday Deceptions.” Gugatan tersebut menuntut ganti rugi yang tidak ditentukan serta penghentian penggunaan karya berhak cipta para penggugat.
Apple belum memberikan tanggapan resmi terkait gugatan ini, termasuk dari jurubicara maupun pengacara pihak perusahaan. Dalam konteks yang lebih luas, gugatan terhadap Apple ini merupakan bagian dari tren yang lebih besar di mana banyak perusahaan teknologi dihadapkan pada tuntutan hukum dari pemilik hak cipta lainnya. Perusahaan seperti OpenAI, Microsoft, dan Meta Platforms juga telah dituntut karena diduga menggunakan karya-karya sah tanpa izin untuk melatih model AI mereka.
Dalam beberapa bulan terakhir, industri teknologi telah melihat meningkatnya tekanan dari penulis, media, dan label musik yang merasa hak cipta mereka dilanggar dalam pengembangan teknologi khususnya yang berbasis kecerdasan buatan. Pada bulan Agustus, perusahaan AI lainnya, Anthropic, setuju untuk membayar ganti rugi sebesar USD 1,5 miliar untuk menyelesaikan gugatan yang melibatkan pelatihan chatbot mereka.
Kasus ini menyoroti tantangan dan kontroversi yang dihadapi oleh industri AI, terutama dalam hal hak cipta dan penggunaan data. Dengan semakin berkembangnya teknologi dan aplikasi AI, penting bagi perusahaan untuk bertindak secara etis dan mematuhi undang-undang hak cipta yang berlaku.
Dalam kasus ini, Apple berada dalam posisi yang berisiko, dan hasilnya bisa mempengaruhi cara perusahaan teknologi lainnya mengembangkan dan melatih model AI mereka ke depan. Jika gugatan ini berhasil, kemungkinan akan ada perubahan besar dalam cara perusahaan-perusahaan ini mengakses dan menggunakan data untuk kecerdasan buatan mereka.
Dengan perkembangan ini, perhatian publik akan tertuju pada bagaimana Apple menghadapi tantangan hukum ini dan apakah akan ada dampak lebih lanjut pada industri teknologi secara keseluruhan. Para pemangku kepentingan, mulai dari pengembang perangkat lunak hingga penulis, perlu mengikuti perkembangan ini karena bisa jadi ini adalah indikator penting tentang masa depan pemanfaatan AI dan hak cipta.
Gugatan tersebut menekankan pentingnya dialog antara inovasi teknologi dan perlindungan hak cipta, serta mendorong perusahaan untuk tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga mempertimbangkan implikasi etis dan legal dari praktik bisnis mereka.
Source: ototekno.okezone.com
